Mohon tunggu...
Rivan Hidayat
Rivan Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jember

Rivan Hidayat adalah mahasiswa Strata-1 dengan kekhususan hukum tata negara di Fakultas Hukum Universitas Jember. Memiliki rekam jejak sebagai pegiat hukum tata negara di bagian penyelenggara negara. Beberapa kali pernah menjadi narasumber/pemateri dalam Focus Group Discussion yang berjudul "Revolusi Hukum Tata Negara Dalam Perspektif Peraturan Perundang-undangan di Indonesi" dan "Pro Kontra Pengesahan Perppu CIpta Kerja: Untuk Kepentingan Rakyat dan Negara atau Kepentingan Oligarki?" yang diselenggarakan oleh Forum Kajian Keilmuan Hukum Universitas Jember. Dalam acara tersebut ia memberikan fokus materi terkait pentingnya tertib prosedur dan materiil dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Selain di bidang hukum, Rivan Hidayat juga memiliki minat yang luas terhadap sosial politik, ekonomi, sains, dan ilmu pengetahuan lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Janji Manis

29 Januari 2024   14:00 Diperbarui: 29 Januari 2024   14:02 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya janji manis adalah janji-janji yang tidak rasional atau mustahil untuk diwujudkan.  Apakah janji politisi merupakan janji manis? Bisa iya, bisa tidak. Tergantung dari ketersediaan cara atau platform untuk mewujudkannya. Janji politisi dapat dikatakan janji manis apabila tidak ada platform apapun untuk mewujudkan janji tersebut. 

Semisal dalam isu kebijakan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Ada banyak janji dalam isu ini. Ada yang berjanji untuk memperbaiki teknologi petani, melakukan cooperative dan contract farming dan perbaikan tata niaga petani. Namun ada pula yang berjanji atau memiliki keinginan agar petani di Indonesia siangnya bertani, malamnya disko seperti petani di Jerman.

Janji-janji sebagaimana tersebut sangat wajar dan lumrah dilontarkan. Masalahnya, apakah janji tersebut rasional atau tidak? Janji manis atau janji yang dapat diwujudkan? Disinilah peran rasionalitas untuk memperbandingkan.

Masalah petani kita setidaknya ada tiga. Pertama, krisis regenerasi petani, ada banyak anak muda yang enggan jadi petani. Kedua, rantai niaga petani, ada kesenjangan pembagian keuntungan antara petani dan distributor. Ketiga, lemahnya teknologi dalam pertanian. Krisis regenerasi diawali dari pandangan rendah anak muda terhadap sektor pertanian. Banyak anak muda yang menganggap bahwa profesi petani merupakan bukan profesi yang menarik. 

Lebih lanjut, masalah dalam tata niaga dalam sektor pertanian adalah tidak adanya kepastian jaminan bagi petani dalam menjual produk hasil pertaniannya. Hal ini yang membuat petani seringkali bersikap pasrah terhadap harga rendah yang diberikan oleh distributor. Modal yang tinggi, serta harga jual yang rendah membuat petani cukup menjerit dalam mengelola sawahnya. Selain itu, kualitas dari produk pertanian yang tidak cukup tinggi karena tidak didukung oleh teknologi modern, melainkan hanya sekadar berdasarkan naluri dan pengalaman. Masalah yang demikian harus dibenahi dan diselesaikan dengan keberpihakan kebijakan pada petani. Sebab petani memiliki peran penting dalam ketahanan pangan suatu negeri.

Setelah melihat permasalahan, mari memperbandingkan dua janji politisi di atas. Politisi pertama, dengan janji modernisasi teknologi, perbaikan tata niaga dengan sistem contract farming dan cooperative farming. Terdapat urgensi tersendiri dalam memodernisasi teknologi pertanian, sebab sektor pertanian selama ini hanya mengandalkan naluri dan pengalaman. 

Terlebih lagi, sangat jarang petani di Indonesia dari kalangan terdidik yang mempunyai cukup pengetahuan tentang pertanian. Misalnya seperti pemberian pupuk dengan dosis yang tepat, penanganan hama yang benar, dan proses pasca panen agar produk memiliki kualitas dan nilai jual yang lebih tinggi. Idealnya pemerintah hadir dengan pemberian pembekalan terhadap pengetahuan masyarakat terkait sektor pertanian, terutama yang berbasis pada teknologi modern, sehingga hasil pertanian lebih berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi. 

Produk yang berkualitas akan didukung dengan tata niaga yang baik dengan menerapkan cooperative farming dan contract farming. Apa itu? sederhananya kerja sama penjualan produk dengan menggunakan kontrak. Jadi terdapat kesepakatan bersama antara pihak petani dan distributor dalam menentukan harga jual dan harga beli. Dengan demikian, petani mendapatkan jaminan kepastian harga jual dan petani tidak perlu repot-repot mencari distributor sebab distributor sudah terjamin melalui contract farming tadi. 

Dengan modernisasi dan perbaikan tata niaga tentunya akan mempermudah petani untuk sejahtera. Hal tersebut bukan tidak mungkin juga untuk mengundang anak muda agar mulai untuk bekerja di sektor pertanian. Mengingat kebijakan-kebijakan yang berpihak pada sektor pertanian tersebut. Dengan demikian, janji politisi pertama bukan merupakan janji manis, akan tetapi janji yang rasional dan bisa dipertanggungjawabkan, sebab ada platform yang jelas dalam mewujudkan janji tersebut.

Berbeda dari politisi yang satunya. Ia berniat untuk mensejahterakan petani Indonesia seperti petani di Jerman. Siangnya bertani, malamnya disko. Terlihat menarik, tapi apakah mungkin? Mungkin saja, apabila permasalahan yang ada diselesaikan. Akan tetapi, politisi ini sama sekali tidak menjelaskan bagaimana caranya untuk menuju petani Jerman tadi, yang siangnya bertani dan malamnya disko. Bahkan, politisi tersebut tidak menguraikan apa permasalahan petani. Yang penting tebar janji, siang bertani dan malamnya berdisko. Terlihat sangat menarik, tapi tidak rasional. Sebab tidak ada platform untuk kesana. Inilah yang dinamakan janji manis, janji-janji yang tidak jelas arah dan tujuannya.

Di pemilu nanti, akan ada seabrek janji-janji dari politisi. Ada janji manis tapi ada juga janji yang bisa diwujudkan. Ada janji tidak rasional, tapi ada juga janji yang rasional. Tugas kita sebagai pemilih rasional adalah memperbandingkan janji tersebut. Jangan mau dikibuli dengan janji manis. Kenali dan pilihlah orang yang punya program realistis dan rasional. Sebab nasib 5 tahun bangsa ada di pilihan kita semua. 

#suarapemilih

#pemilihrasional

#jernihmemilih

#suarapenentu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun