Garuda pertiwi total dijebol gawangnya sebanyak 28 gol tanpa satupun gol dicetak. Ibarat menghadapi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, Australia yang memiliki Samantha Kerr (Chelsea Women) dan Kyah Simon (Spurs Women), 0-18 menjadi kekalahan terbesar tim nasional Indonesia sejauh ini. Sepulang dari India, pekerjaan rumah untuk PSSI segera kembali menyelenggarakan Liga 1 putri.Â
Karenanya, sebenarnya ada potensi di sepak bola putri, selain memiliki icon layaknya Bambang Pamungkas di sepak bola putra dulu, Zahra Muzdalifah menjadi icon sepak bola wanita Indonesia. Ia dapat menginspirasi para wanita untuk tidak takut bermain sepak bola.
Fighting spirit Bio Carla Pattinasary sang cucu legenda timnas putra Ronny Pattinasary, harus diacungi jempol. Belasan penyelamatan sang penjaga gawang Fani saat melawan Thailand dan ketangguhan Vivi Oktavia Riski, bahkan Vivi tampil apik di pertahanan.
"Saya pikir Vivi ini mirip Dewangga" ucap Ma'aruf El Rumi sang komentator kepada Vivi Oktavia Riski saat Indonesia melawan Thailand. Jangan lupa pada pemain yang satu-satunya Aboard ke Roma Calcio Femminile yakni Shalika Aurelia.Â
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah dengan bergulirnya kompetisi untuk sepak bola putri akan menaikan kualitas? Tentunya jawabannya adalah Iya. Dalam artian dasar bermain sepak bola yang rapi dan mental bermainnya. Pertanyaan yang kedua, tapi sejauh apa ?Â
Di Indonesia ini ruang untuk kesetaraan gender sudah sangat terbuka lebar, kesempatan wanita untuk lebih dari sekedar urusan dapur bisa didapat dengan mudah.Â
Dalam kasus sepak bola wanita, apakah budaya di Indonesia ini akan mendukung ? Seberapa besar orangtua yang setuju anak perempuannya menjadi pesepakbola ?Â
Di Indonesia sepak bola laki-laki hampir kebanyakan pesepakbola sukses yang lahir dari orang yang kurang mampu, tak jarang pesepakbola yang masa kecilnya susah membeli sepatu bola untuk latihan, namun orangtua membebaskan putranya untuk menjadi pesepakbola, karena lewat sepakbola bisa merubah nasib keluarganya hingga keturunan nantinya. Sementara bagaimana jika putri mereka ingin menjadi pesepakbola ? Dengan kondisi ekonomi yang menengah ke bawah ?Â
Tentunya orangtua mereka akan berpikir dua kali soal masa depan putrinya. Di luar hal tersebut tentunya jika ada wadah yang jelas dalam sepak bola seperti layaknya badminton atau atletik, maka hal seperti yang dijelaskan di atas tadi perlahan menghilang.Â
Oleh karena itu untuk membangun neo sepak bola Indonesia, kesetaraan antara sepak bola putra dan putri, selain wadah yakni kompetisi juga harus diikuti soal budaya pandangan terhadap masa depan. Hingga kemudian potensi itu bisa dimanfaatkan dan Garuda Pertiwi terbang tinggi.
Penulis : RV BiaggiÂ