Mohon tunggu...
R Valentinus Biaggi
R Valentinus Biaggi Mohon Tunggu... Lainnya - RV Biaggi

Yogyakarta - Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bola

Marqque Player, Industri atau Prestasi ?

12 Januari 2022   15:25 Diperbarui: 12 Januari 2022   19:36 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : (Instagram : @m10_official)

Marqque Player adalah pesepakbola yang memiliki latar belakang prestasi kelas dunia atau pernah bermain untuk tim dunia, keberadaan Marqque Player biasanya dihadirkan untuk menambah menarik suatu kompetisi di suatu negara. Selain diharapkan meningkatkan kualitas, keberadaan Marqque Player juga diharapkan meningkatkan industri sepak bola, dengan adanya pemain bintang dunia maka sponsor akan datang atau konglomerat/perusahaan yang hendak membeli saham mayoritas klub, hal tersebut sebagai acuan perkembangan industri sepak bola. Beberapa kompetisi sepak bola di dunia yang berhasil menaikan value kompetisinya karena keberadaan Marqque Player yakni Cina dan Amerika Serikat. Dua negara tersebut memiliki kesamaan dalam bidang sepakbola, di dua negara tersebut sepakbola bukan olahraga yang populer, namun para pemilik klub melihat peluang dalam bidang industri sepakbola yang bisa dimanfaatkan, selain itu populasi penduduk yang banyak juga akan mendukung. 

Dengan menghadirkan Marqque Player, banyak penonton yang hadir, hasil pemasukan dari penjualan tiket bertambah diikuti oleh sponsor yang datang. 15 tahun terakhir Major League Soccer (MLS) atau kasta tertinggi liga Amerika Serikat, selalu menghadirkan pemain top dunia. Pada 2017 mantan bintang Manchester United dan Real Madrid, David Beckham bergabung dengan LA Galaxy, tim yang bermarkas di Los Angeles tersebut. Selain David Beckham, LA Galaxy juga merekrut Robbie Keane yang malang melintang di liga Inggris bersama Liverpool dan Tottenham, juga salah satu pilar tim nasional Republik Irlandia. Ditambah LA Galaxy memiliki icon sepakbola Amerika Serikat saat itu, London Donovan. 

Dengan mendatangkan pemain-pemain tersebut selain menaikan kualitas dan minat MLS, LA Galaxy mendapat gelar juaranya ke-3 pada 2011 dan secara beruntun pada 2012. Di tahun yang berbeda, yakni 2018 LA Galaxy kembali mendatangkan Zlatan Ibrahimović, pemain asal Swedia yang pernah membela berbagai klub mulai dari Inter, AC Milan, sampai Barcelona. Di luar LA Galaxy, masih banyak Marqque Player lainnya seperti duo Mexico Carlos Vela dan Javier ‘Chicharito’ Hernandez, dan bintang Spanyol David Villa, terbaru adalah datangnya Lorenzo Insigne ke Toronto FC. Memang pemain yang hadir di MLS sudah melewati peak performance dalam sepakbola, namun mereka hadir lebih dari itu. Industri sepak bola di Amerika Serikat saat ini mengalami perkembangan yang pesat, ditambah lagi alasan para Marqque Player ini betah tinggal di Amerika Serikat untuk kelak menikmati masa pensiun, atau pun memboyong keluarganya. 

Berbeda dengan Amerika Serikat, Cina yang memiliki kompetisi Chinese Super League mendatangkan Marqque Player bukan sekedar industri semata, namun juga prestasi. Industri dan prestasi sepak bola di Asia selama ini dipegang oleh Jepang (J-League) dan Korea Selatan (K-League). AFC Champions League dan AFC Cup sebagai kompetisi antar klub liga di Asia menjadi acuan prestasi. Munculnya Marqque Player di CSL merubah peta kekuatan sepak bola di Asia yang sebelumnya dipegang Jepang dan Korea Selatan. Sebelum ada Marqque Player di CSL, kekuatan sepak bola Cina selalu di bawah Korea Selatan, Jepang, dan Arab Saudi. 10 Tahun terakhir CSL dapat menyumbang juara AFC Champions League lewat Guangzhou Evergrande pada musim 2013 dan 2015. 

Mengapa bisa demikian ? Apa bedanya dengan Marqque Player di MLS Amerika Serikat? 

Cina yang adalah salah satu negara dengan pertumubuhan ekonomi tercepat di beberapa dekade terakhir, dengan kekuatan tersebut sangat mendukung perkembangan olahraga salah satunya sepak bola. Dalam sepak bola, Cina memang berambisi menjadi kekuatan baru di Asia bahkan dunia. Oleh karena itu mereka berbenah, mendatangkan Marqque Player yang bahkan masih dalam peak perform, diawali Shanghai Shensua pada 2012 dengan mendatangkan 2 pemain sekaligus, Nicolas Anelka dan Didier Drogba. Semenjak saat itu banyak tim lain yang kepincut menggunakan Marqque Player, Jakson Martinez ke Guangzou Evergrande, Ramires ke Jiangsu Suning, Ezequiel Lavezzi ke Hebei FC, Fredy Guarin ke Shanghai Shenhua, Hulk ke Shanghai SPIG, Oscar ke Shanghai Port, dan masih banyak lagi. Tak hanya Marqque Player, CSL menghadirkan Marqque Manager seperti Luiz Filipe Scolari untuk Guangzou Evergrande, pelatih yang pernah menangani tim nasional Brazil. Dan Sven Goran Eriksson untuk Shanghai SPIG pada 2014 dan Shenzen pada 2016, pelatih yang malang melintang di sepak bola Eropa. 

Bahkan menurut transfermarkt.com CSL pernah mencetak rekor transfer musim dingin terbesar pada 2016 untuk Alex Teixeira ke Jiangsu Suning dari Shaktar Donesk sebesar 50 juta euro. Membandingan antara CSL dan MLS, tentunya dari segi industri kedua memunculkan ketertarikan tetapi CSL lebih menarik minat karena pemain yang dihadirkan masih dalam peak perform sehingga memungkinkan para pemain ini berkompetitif, berbeda di MLS yang sudah berusia senja, dengan kemungkinan mereka hanya akan bermain 1-2 musim terakhir saja, sebelum menutup karir. 

Tapi dari segi prestasi tim nasional, berbicara di regional masing-masing Cina hingga saat ini belum bisa menjuarai AFC Asian Cup, tentunya turnamen itu sebagai tolak ukur kemajuan sepak bola di Asia. Sementara Amerika Serikat, sejak datangnya Marqque Player dapat menjuarai CONCACAF Gold Cup pada 2013,2017, dan juara bertahan pada 2021. Walaupun peta kekuatan dari regional masing-masing berbeda, tetapi dari segi prestasi tetap tim nasional yang menjadi tolak ukur. Di Indonesia baru-baru ini banyak rumor mengatakan bahwa Rans Cilegon FC akan mendatangkan Mesut Ozil dari Fenerbahce, suatu hal yang sebenarnya sudah dilakukan oleh Persija Jakarta pada musim ini dengan mendatangkan  Marco Motta pemain yang pernah membela Juventus, namun velue Ozil jauh diatas Motta. Hal yang sama pernah dilakukan di 2017 yakni Michael Essien yang datang ke Persib Bandung, disusul Peter Odemwingie ke Madura United, Julian Faubert ke Borneo FC, dan beberapa pemain lainnya. 

Tentunya dari sisi industri, value Liga 1 akan naik seperti 2017 tetapi dengan bertahannya Marqque Player yang hanya setahun saja belum berdampak pada industri sepak bola Indonesia, hal tersebut dimungkinkan karena harga yang jauh lebih mahal dari pemain asing dan lokal. Sebenarnya apabila bisa menpertahankan Marqque Player untuk beberapa tahun, industri sepak bola Indonesia dapat berkembang dibanding liga-liga di Asia Tenggara. Namun, perlu diperhatikan dalam sisi budget. Di Liga Indonesia rata-rata pengeluaran per tahun untuk pemain di tiap klub sekitar 20-40 Miliar Rupiah, dalam kasus Mesut Ozil yang memiliki market value sebesar 60 Miliar Rupiah, dan saat ini ia masih terikat kontrak dengan Fenerbahce hingga 2024, untuk mendatangkannya ke Rans Cilegon FC harus membayar nilai transfer ditambah gajinya, bila dihitung bisa sekitar 120 Miliar Rupiah, sangat jauh dibanding rata-rata tim Liga Indonesia. 

Untuk membangun industri memang tidaklah mudah, selain menggunakan Marqque Player tentunya prestasi juga sebagai tolak ukur masuknya sponsor. Untuk mendukung industri yang lebih kuat, tim di Indonesia seharusnya tak hanya fokus menjadi juara di Liga 1 saja, tapi berkiprah dan berprestasi di kawasan Asia yakni AFC Champions League dan AFC Cup. Semenjak Persipura Jayapura menjadi 4 besar AFC Cup pada 2014 lalu, tak ada tim Indonesia yang dapat melaju sejauh Persipura, kedepannya tim-tim di Indonesia harus memiliki prospek di Asia tak hanya berbicara menjadi juara di liga domestik saja, demi kemajuan industri sepak bola Indonesia.

Penulis : RV Biaggi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun