Mohon tunggu...
Ruwaidah Putri
Ruwaidah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya suka konten mengenai kecantikan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Program Pemberian Makan Tambahan pada Ibu Hamil Penderita Kekurangan Energi Kronik (KEK)

10 Juni 2024   13:52 Diperbarui: 10 Juni 2024   14:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang

Ibu hamil adalah kelompok yang rentan mengalami masalah kesehatan diantaranya kekurangan gizi atau energi. Ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK) dapat mengalami gangguan pada proses pembentukan janin, yang berisiko keguguran, berat badan lahir rendah (BBLR), kematian neonatal, anemia pada bayi, dan asfiksia intrapartum. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) akan mengalami gangguan tumbuh kembang dan berisiko mengalami gizi buruk. Kekurangan energi kronis pada ibu hamil adalah suatu kondisi dimana terjadi pada saat kebutuhan tubuh tidak terpenuhi akibat ketidakseimbangan atau kekurangan asupan nutrisi energi dan protein pada ibu hamil. (Mangalik et al., 2019)

Anemia, kenaikan berat badan ibu yang tidak normal, pendarahan, dan potensi infeksi merupakan beberapa risiko yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan kekurangan gizi kronik. Status gizi ibu hamil dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Kategori risiko kekurangan enegi kronik (KEK) ketika nilai lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, dan kategori normal bila skor lingkar lengan atas pada ibu hamil yaitu 23,5 atau lebih tinggi. Konsumsi makanan, pengetahuan gizi seimbang selama kehamilan, penyakit kronis, dan status ekonomi merupakan beberapa faktor yang terjadi pada ibu hamil yang kekurangan energi kronik. Nutrisi ibu hamil akan meningkat selama masa kehamilan. Pentingnya nutrisi yang baik bagi ibu dan bayi terlihat jelas pada usia kehamilan 38 hingga 40 minggu. Peningkatan energi, zat gizi makro, dan zat gizi mikro sangat penting untuk pertumbuhan janin, cairan ketuban,

plasenta, volume darah, jaringan payudara (termasuk jaringan ikat), rahim atau jaringan adiposa(lemak).(Rohmah, 2020)

Rata-rata pertambahan berat badan selama masa kehamilan sekitar 11-15 kg pada ibu hamil. Sedangkan rata-rata pertambahan berat badan pada awal kehamilan yaitu 1 hingga 2 kg. Peningkatan kebutuhan energi pada ibu hamil trimester I--III adalah 180--300 kkal per hari, 20 g protein per hari, 6--10 g lemak per hari, dan 25-- 40 g karbohidrat per hari. Kebutuhan vitamin yang larut dalam air meningkat selama kehamilan. Vitamin C diperlukan pada ibu hamil untuk meningkatkan pembentukan kolagen dan penyerapan zat besi, Vitamin B terlibat dalam metabolisme dan pembentukan sel darah merah, sehingga kita membutuhkan vitamin B dalam jumlah besar selama kehamilan. kebutuhan kalsium, zat besi, seng, yodium, dan selenium meningkat untuk mengatasi kejadian gizi buruk pada ibu hamil dengan kekurangan enegi kronik dengan cara memberikan dukungan nutrisi yang cukup pada ibu hamil.(Mangalik et al., 2019)

Isi

Terjadinya kekurangan energi kronik pada ibu hamil dapat dicegah dengan pemberian makan tambahan dan juga suplemen gizi. Ibu hamil harus mendapat asupan gizi makro dan gizi mikro yang cukup melalui program makan tambahan (PMT) untuk mencegah terjadinya berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan stunting. Ibu hamil penderita kekurangan energi kronik akan mendapatkan makan tambahan, yaitu suplemen nutrisi berbahan dasar biskuit berlapis yang tinggi vitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Ibu hamil akan mendapat suplemen yang mengandung lebih dari 6 gram protein, 270 kkal energi, dan lebih dari 12 gram lemak(Puspitasari et al., 2021)

Ada 11 kategori vitamin (A, D, E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, asam folat) dan tujuh kategori mineral (zat besi, kalsium, natrium, seng, yodium, kalium, magnesium, selenium) untuk pangan lainnya, jangka waktunya adalah 24 bulan sejak selesainya produksi hingga tanggal kadaluarsa berakhir. Biscuit tersebut dikemas dalam kemasan dengan berat 60 gram dan memiliki tiga lapisan. Masing- masing dari tujuh kemasan primer tersebut dikemas menjadi satu paket sekunder (dengan berat 420 gram). Masing-masing dari empat paket sekunder dikemas menjadi satu paket tersier.(Mangalik et al., 2019)

Pendistribusian pemberian makan tambahan (PMT) dilakukan di puskesmas pada saat ibu hamil menjalani pemeriksaan antenatal care (ANC) secara komprehensif. Tahapan skrining gizi diawali dengan skrining gizi, pembinaan gizi, pendidikan gizi, dan terakhir pemberian makanan tambahan. Bila ibu hamil tidak dapat memeriksakan kesehatannya ke puskesmas namun mempunyai lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, maka petugas gizi, pengawas desa, dan pengurus datang ke rumah untuk memberikan penyuluhan dan edukasi gizi dan memberikan dukungan berupa makan tambahan kepada ibu hamil. Setiap tiga bulan atau 90 hari masa kehamilan, ibu diberikan 3 box (3 kemasan tersier), sedangkan ahli gizi, bidan atau kader akan memantau perkembangan berat badan ibu dan juga lingkar lengan atas selama 30 hari setelah pemberian makan tambahan. Program tersebut bertujuan untuk memberikan dukungan nutrisi kepada ibu hamil yang lingkar lengan atasnya kurang dari 23,5 cm. (Puspitasari et al., 2021)

Penutup

Keberhasilan program ini bergantung pada semua faktor, termasuk faktor yang mempengaruhi ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis. Proses pelaksanaan program pemberian makan tambahan pada ibu hamil yang mengalami kekurangan energi krronik di awali dengan proses perencanaan hingga proses evaluasi. Untuk mengembangkan rencana, sebaiknya harus menetapkan tujuan dan sasaran yang jelas agar dapat menentukan bagaimana program akan dilaksanakan, bagaimana program tersebut akan dipantau, dan bagaimana program tersebut akan dievaluasi. Setelah menyusun program pemberian makan tambahan (PMT), kini saatnya program tersebut dilaksanakan.(Rohmah, 2020)

Dengan persiapan yang memadai maka pelaksanaan program dapat berjalan dan berhasil. Distribusi dan konsultasi merupakan komponen pelaksanaan program pemberian makanan tambahan. Program pemberian makan tambahan (PMT) bertujuan untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan ibu hamil, termasuk bayi yang akan di lahirkan, sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit yang menyerang ibu pada masa kehamilan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan proses tersebut antara lain melakukan evaluasi rencana program untuk mengetahui tujuan program PMT, pelaksanaan program, pemantauan apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan apa saja kendala atau permasalahannya terdapat pada program tersebut. (Puspitasari et al., 2021)

DAFTAR PUSTAKA

Mangalik, G., Koritelu, R. T., Amah, M. W., Junezar, R., Kbarek, O. P. I., & Widi, R. (2019). Supplementary Feeding Program: A Case Study of Pregnant Women with Chronic Lack of Energy at Puskesmas Cebongan Salatiga. Journal of Nursing and Midwifery, 10(1), 111.

Puspitasari, M., Mitra, M., Gustina, T., Rany, N., & Zulfayeni, Z. (2021). Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil KEK di Puskesmas Karya Wanita Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Manarang, 7(2), 141. https://doi.org/10.33490/jkm.v7i2.325

Rohmah, L. (2020). Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis. Higeia Journal Of Public Health Research and Development, 4(Special 4), 812--823.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun