Mohon tunggu...
Rut sw
Rut sw Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga, Penulis, Pengamat Sosial Budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha melejitkan potensi dan minat menulis untuk meraih pahala jariyah dan mengubah dunia dengan aksara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemiskinan, Salah Makna Salah Urus

13 Maret 2019   07:28 Diperbarui: 13 Maret 2019   07:47 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam telah menunjukan sebuah solusi yang sempurna. Dengan menganggap kemiskinan dengan standar yang sama. Yaitu bahwa kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan primer secara menyeluruh. Dan syariat telah menetapkan bahwa kebutuhan primer itu adalah sandang, pangan dan papan. Sebagaimana firman Allah :

" Tempatkanlah mereka ( para istri) di tempat tinggal kalian, sesuai dengan kemampuan kalian". Qs ath Thalaq 65:6
Hal ini menunjukkan jika kebutuhan primer tidak terpenuhi dianggap miskin. Orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan sekundernya meskipun kebutuhan primernya sudah terpenuhi tidak bisa dianggap sebagai orang miskin.

Maka Islam menjadikan upaya memenuhi kebutuhan primer serta mengusahakannya untuk orang yang tidak bisa untuk memperolehnya adalah fardu. 

Jika kebutuhan primernya bisa dipenuhi oleh individu rakyat itu sendiri, maka itu menjadi kewajibannya. Namun jika tidak, maka syariat telah mewajibkan orang itu untuk ditolong oleh orang lain. Baik oleh wali atau ahli warisnya maupun oleh Baitul maal.

Jika melihat fakta hari ini, kemiskinan sebenarnya bukan semata-mata karena rejekinya telah ditentukan oleh Allah namun karena sistem kapitalisme itu sendiri. 

Beratnya beban rakyat mereka harus menanggung beban hidup semuanya. Bukan hanya sandang, pangan dan papan. Namun juga pendidikan, keamaanan dan kesehatan. Padahal tiga yang terakhir dalam Islam adalah tanggungan negara. 

Akhirnya terjebak dalam gaya hidup dan bukan kebutuhan. Krisis berlanjut. Dan kesengsaraan yang amat sangat, meskipun kebanyakan kaum muslim hidup di negeri yang subur dan kaya SDAnya.

Maka bisa dikatakan hari ini pemiskinan adalah agenda sistemik. Dan hanya bisa diatasi dengan Sistem Ekonomi Islam. Lebih masuk akal, karena ditetapkan untuk manusia sebagai dia apa adanya manusia. 

Bisa dibayangkan, jika sistem hidup Islam yang kemudian diterapkan dimasa sekarang, jelas kesejahteraan hakiki akan terwujud. Bukan dengan anggapan tapi menjadi tujuan. Wallahu a'lam biashowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun