Mohon tunggu...
Rutma Parningotan
Rutma Parningotan Mohon Tunggu... Guru - Sociology's Teacher

Give thanks. Channel YouTube: Rutma Parningotan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konflik, Kekerasan, dan Upaya Penyelesaiannya

22 Februari 2021   20:12 Diperbarui: 22 Februari 2021   20:29 3873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam proses interaksi, tidak seluruh masyarakat berjalan beriringan. Selalu akan ada perbedaan dalam mencapai tujuan, baik antarindividu, maupun kelompok. Hal inilah yang akan menimbulkan konflik dalam masyarakat.

Secara umum, diferensiasi dan stratifikasi sosial memberikan pengaruh positif dan negatif pada masyarakat. Pengaruh positifnya, diferensiasi dan stratifikasi sosial dapat mendorong terjadinya integrasi sosial, sedangkan pengaruh negatifnya adalah terjadinya disintegrasi sosial. Diferensiasi sosial dapat menimbulkan primordialisme, etnosentrisme, politik aliran, dan terjadinya proses konsolidasi.

Kata "konflik" berasal dari bahasa Latin "configure" yang artinya saling memukul. Konflik merujuk pada adanya dua hal atau lebih yang bersebrangan, tidak selaras, dan bertentangan. 

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. 

Konflik lahir dari kenyataan akan adanya perbedaan-perbedaan. Soerjono Soekanto mengemukakan empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat, yakni perbedaan antarindividu, perbedaan antarkebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.

Bentuk-bentuk konflik menurut Ursula Lehr adalah konflik dengan orang tua sendiri, konflik dengan anak-anak sendiri, konflik dengan keluarga, konflik dengan orang lain, Konflik dengan suami istri, konflik di sekolah, konflik dalam pemilihan pekerjaan, konflik agama, konflik pribadi. Sedangkan bentuk konflik menurut Soerjono Soekanto adalah konflik pribadi, konflik rasial, konflik antara kelas-kelas sosial, konflik politik, konflik internasional.

Konflik juga mempunyai dampak positif yaitu konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas; konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan; konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok; konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok; konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru; konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan; dan konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang. 

Sedangkan dampak negatif dari konflik adalah keretakan hubungan antar individu dan persatuan kelompok; kerusakan harta benda dan jatuhnya korban manusia; berubahnya sikap kepribadian para individu, baik yang mengarah pada hal-hal positif atau negatif; dan munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.

Kekerasan adalah bentuk lanjutan dari konflik sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekerasan didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kekerasan identik dengan tindakan melukai orang lain dengan sengaja, membunuh, atau memperkosa. Kekerasan seperti itu sering disebut sebagai kekerasan langsung (direct violence). Kekerasan juga menyangkut tindakan-tindakan seperti mengekang, mengurangi atau meniadakan hak seseorang, mengintimidasi, memfitnah, dan menteror orang lain. Jenis kekerasan yang terakhir disebut kekerasan tidak langsung (indirect violence).

Konflik merupakan gejala sosial yang senantiasa melekat dalam kehidupan setiap masyarakat. Sebagai gejala sosial, konflik hanya akan hilang bersama hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan adalah mengendalikan agar konflik tersebut tidak berkembang menjadi kekerasan (violence). Pada umumnya masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk mengendalikan konflik di dalam tubuhnya. Beberapa sosiolog menyebutnya sebagai katup penyelamat (safety valve).

UJI PENGUASAAN MATERI

  1. Menurut pandangan Pericles, seorang filsuf dan negarawan dari Atena, perdamaian adalah ....
  2. Menurut Simon Fisher, pemetaan konflik adalah ....
  3. Sebutkan 5 tahap kerusahan massal menurut N. J. Smelser!
  4. Konsolidasi memiliki dua sisi, yaitu sisi ke dalam dan sisi keluar. Jelaskan konsolidasi ke luar!
  5. Jelaskan pengertian konflik secara sosiologis!
  6. Mengapa etnosentrisme bisa memicu terjadinya konflik?
  7. Sebutkan 4 macam konflik menurut Ralf Dahrendorf!
  8. Apa perbedaan konflik in-group dan out-group menurut Lewis A. Coser?
  9. KRISIS pada dinamika konflik adalah ....
  10. Sebutkan 4 penyebab konflik menurut Soerjono Soekanto!
  11. Apa yang dimaksud dengan deprivasi relatif?
  12. Di Bangladesh, istilah "damai" adalah ...
  13. Kontrol sosial adalah .....
  14. Kepanjangan SIPABIO dalam pemetaan konflik adalah ....
  15. ARBITRASE adalah ....
  16. Konflik dikatakan positif jika tidak bertentangan dengan ....
  17. Bagaimana menurut pendapat William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff mengenai sisi positif konflik?
  18. Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah merupakan....
  19. CONFLICT MANAGEMENT adalah ....
  20. Arti dari seorang moderator harus memberikan masukan secara PROPORSIONAL adalah ....

Kesimpulan:

Banyak konflik yang terdapat di dunia ini. Konflik yang terjadi bahkan berakhir dengan kekerasan. Banyak juga upaya-upaya yang dilakukan dalam meredam dan menangani konflik. Ada konflik yang diselesaikan dengan secara cepat dan ada konflik yang tidak terselesaikan. Untuk itu, mari kita saling menjaga perdamaian di tempat kita masing-masing agar terhindar dari konflikk.

Bahan: dari berbagai sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun