Mohon tunggu...
Rutma Parningotan
Rutma Parningotan Mohon Tunggu... Guru - Sociology's Teacher

Give thanks. Channel YouTube: Rutma Parningotan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Dipikirkan Masyarakat pada Masa Pandemi Corona

22 April 2020   09:10 Diperbarui: 22 April 2020   09:13 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia dalam waktu dua bulan sudah ribuan orang dinyatakan positif virus corona. Begitu cepat perkembangan virus corona, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Pertanyaan yang selalu muncul hampir dari semua orang adalah, "kapan semua ini akan berakhir?"
Seorang teman mengatakan kepada saya, "ucapan itu doa, kita sering bercanda". 

Seperti saat mau tahun baru masehi kita sering becanda, "mau beli kalender yang banyak tanggal merahnya....". Dan itu hampir semua orang candaannya seperti itu. "Pas tahu menteri pendidikannya adalah pendiri gojek, kita juga mengeluarkan candaan, "nanti belajarnya secara online", "pas penerimaan hasil belajar orangtua tidak perlu ke sekolah, nanti dikirim saja pakai gosend". Dan mungkin banyak candaan lainnya. "Ehh, sudah begitu pak menterinya bilang, "siswa merdeka belajar, ujian nasional dihapus".

Dan akhirnya terbukti kalau ucapan kita itu doa, dikabulkan.

Saya memikirkan apa yang diucapkan oleh teman saya itu benar adanya. Dan memang itulah yang terjadi saat ini. Tapi kita tidak menyalahkan siapapun, karena semua orang mempunyai hak untuk berbicara walaupun itu candaan.

Di tengah semakin maraknya virus corona melanda dunia dan setiap hari jumlah pasien positif corona juga meningkat naik dengan cepat, bagi kita yang masih "sehat", apa yang harus kita lakukan? Apakah sudah mengikuti anjuran pemerintah, misalnya seperti jika keluar rumah harus memakai masker? Ternyata, tidak semua orang mengikuti. Karena masih begitu banyak orang yang keluar rumah melakukan aktivitas yang bahkan masih berbentuk kerumunan. 

Bahkan seolah-olah tidak ada virus corona, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Padahal disisi lain, banyak kegiatan perekonomian yang terganggu, terhenti sementara bahkan ada yang sampai di PHK. Akibatnya, tingkat tindakan kejahatan menjadi meningkat karena susahnya untuk mendapatkan kerja kembali, mencari uang untuk makan.

Pemerintah beberapa hari yang lalu sudah mengeluarkan salah satu program Kartu Pra Kerja. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi yang ingin mengikutinya. Tapi kartu pra kerja bukan solusi yang serta merta dapat menetralkan perekonomian akibat virus corona. Kartu pra kerja merupakan salah satu sarana bagi mereka yang di PHK, sedang mencari pekerjaan, dan juga bisa mengikuti pelatihan agar lebih mandiri dan terampil saat turun  ke dunia kerja. Pemerintah daerah juga telah banyak melakukan upaya dalam memulihkan keadaan saat ini. Bagaimana dengan kita anggota masyarkat, sudahkah ikut membantu pemerintah juga?

Semoga kita semua mengerti dan paham dengan masalah yang dunia hadapi saat ini. Semakin kita bisa bekerja sama dengan baik, tetap di rumah (belajar, bekerja, dan berdoa), serta lalu mengikuti apa yang dianjurkan oleh pemerintah karena itu semua demi memutus rantai virus corona.

#smd22042020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun