Penggunaan pestisida dalam dunia pertanian sudah bukan hal yang baru lagi. Pestisida yang banyak digunanakan dalam praktek pertanian sekarang ini merupakan pestisida kimia. Menggunakan pestisida kimia dapat membasmi hama labih cepat, selain itu pestisida kimia juga sangat gampang dan banyak didapatkan di pasaran. Namun, penggunaan pestisida kimia dalam jangka waktu yang lama dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Pestisida kimia yang digunakan dalam jangka panjang dengan dosis yang banyak dapat berbahaya bagi kesehatan manusia dikarenakan pestisida bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat. Â Selain itu, residu kimia yang bersifat racun dapat menempel pada produk pertanian dan jika dikonsumsi bisa memicu kerusakan sel, penuaan dini dan munculnya penyakit degeneratif (Kumar, 2008). Â Penggunaan pestisida berlebih juga bisa mengakibatan hama menjadi kebal pada pestisida, berkurangnya tingkat kesuburan tanah akibat menurunnya populasi organisme yang berperan penting dalam menjaga kesuburan tanah (cacing tanah, jamur, dan serangga tanah) dan lain sebagainya (Komisi pestisida, 1997).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 tanuh 1995 Indonesia mengeluarkan kebijakan nasional dalam perlindungan tanaman dengan cara menjalankan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang mengutamakan pemanfaatan agens pengendalian hayati atau biopestisida termasuk pestisida nabati sebagai komponen utama dalam sistem PHT. Penggunaan pestisida kimia ini dapat digantikan dengan menggunaan pestisida nabati yang bahan dasarnya terbuat dari tumbuhan. Menurut FAO (1988), pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang teruji secara alami dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toxic.
Salah satu bahan yang dapat dijadikan pestisida alami adalah daun pepaya. Menurut Julaily et al., (2013) getah pepaya mengandung kelompok enzim sistein protease seperti papain dan kimopapain serta menghasilkan senyawa-senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam amino non protein yang sangat beracun bagi serangga pemakan tumbuhan. Residu yang dihasilkan dari pestisida nabati dari daun pepaya ini lebih mudah terurau sehingga lebih anam bagi lingkungan.
Beriku ini adalah alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat pestisida nabati dari daun pepaya serta cara pembuatannya menurut BPTP Aceh (2013) :
Alat dan Bahan :
Alat yang diperlukan antara lain ember, pisau, sendok, penumbuk, saringan dari kain, Â spryer, timbangan, botol dan corong. Bahan yang digunakan terdiri dari 1 kg daun papaya, 10 liter air, 2 sendok makan minyak tanah, dan 30 g deterjen.
Cara Pembuatan:
- Siapkan 1 kg daun pepaya, lalu dirajang atau ditumbuk hingga halus
- Hasil rajangan atau tumbukan daun pepaya direndam dalam 10 liter air
- Ditambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 g deterjen
- Didiamkam semalaman
- Disaring larutan perendaman dengan kain halus
- Masukan hasil saringan ke dalalam botol menggunakan corong.
Cara pengaplikasiannya:  Encerkan larutan pestisida nabati sebanyak  2-2,5 gelas bekas air mineral dengan 10-14 liter air untuk satu tangki sprayer . aplikasikan setiap seminggu sekali (Putra, 2017).
Kelemahan dan keunggulan pestisida nabati menurut Putra (2017)
Kelemahan:
- Kurang Praktis dalam aplikasinya karena saat aplikasi memerlukan frekuensi yang berulang-ulang
- Memerlukan bahan pelarut
- Memerlukan bahan baku tanaman dengan volume yang banyak
- Ketersediaan bahan baku tanaman yang kurang tersedia dilingkungan petani
Keunggukan:
- Tidak terjadi resistensi pada hama
- Tidak berdampak merugikan bagi musuh alami hama
- Tidak menyebabkan kerusakan lingkungan dan persediaan air tanah
- Mengurangi resiko terjadinya letusan serangan hama kedua.
- Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak
- Mengurangi biaya produksi dan ketergantungan petani terhadap pestisida kimia
Daftar Pustaka
Balai Penelitian Tanaman Pangan Aceh. 2013. Pestisida Nabati Daun Pepaya. Serambi Pertanian ISSN 1907-7858. Diakses melalui http://nad.litbang.pertanian.go.id
FAO. 1998. Pesticide. Diakses melalui http://www.fao.org
Komisi Pestisida. 1997. Metode Pengujian Residu Pestisida dalam Hasil Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Kumar, L. P, Panneerselvam N. 2008. Toxic Effects ofPesticides: A Review on Cytogenetic Biomonitoring Studies. Medicine and Biology. UC 613.62:632.95.024:575.2. Diakses melaui https://pdfs.semanticscholar.org
Julaily, Noorbetha., Mukarlina, dan Tri, R. Setyawati. 2013. Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Protobiont. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura. Diakses melalui http://jurnal.untan.ac.id
Peraturan Pemerinta. 1995. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman. Diakses melalui http://pslh.ugm.ac.id
Putra, Robinson. 2017. Pembuatan Pestisida Nabati Daun Pepaya Untuk Pengedalian Ulat Dan Serangga Penghisap Tanaman. Diakses melalui https://docplayer.info
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H