Sekitar 1,5 tahun yang lalu, tepatnya Desember 2019, kasus pertama virus Corona ditemukan di Hubei, Cina. Dan pada Maret 2020, Kasus virus Corona pertama kali didapati di Indonesia, yang dipercaya pertama kali dibawa oleh seorang warga negara Jepang yang datang ke Indonesia.Â
Sejak saat itulah, pemerintah mulai menjalankan berbagai kewenangan untuk menanggulangi bencana ini. Mulai dari PSBB berskala kecil, hingga berkembang ke skala besar, hingga lockdown, yaitu penutupan akses suatu daerah, entah itu akses masuk maupun keluar.Â
Akibat dari bencana yang tidak dapat dihindari ini, Seluruh dunia mengalami kekacauan, entah dalam hal perekonomian, politik, pemerintahan, dan lain-lain. Layaknya negara lain, Indonesia juga merasakan dampaknya.Â
Salah satu dampak yang paling besar adalah perekonomian Indonesia. Karena langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan pandemi ini, perekonomian Indonesia mengalami penurunan drastis.Â
Dilansir dari kompasmedia.kompas.id , laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami pertumbuhan negatif. Awal 2020 perekonomian masih bertumbuh 2,97% (Year on Year), tetapi pada kuartal II 2020, terjadi penurunan sebesar 5,32% (Year on Year).Â
Tentunya, berbagai usaha harus dilakukan agar perekonomian Indonesia bisa kembali jaya seperti dulu lagi. Apalagi, dengan kebijakan pemerintah memberlakukan PSBB dan lockdown, tentunya mempersulit banyak kaum. Contohnya pada sektor usaha.Â
Banyak sekali pengusaha (perusahaan besar maupun kecil) yang terhambat dalam menjalankan bisnis mereka, bahkan gulung tikar akibat persaingan yang semakin sulit di era pandemi ini.Â
Faktor utama kejatuhan perusahaan-perusahaan ini adalah sulitnya mencari pelanggan, karena di masa seperti ini, pastinya semua orang berusaha untuk berhemat demi bertahan hidup.Â
Sedikit orang yang masih bisa memenuhi kebutuhan tersier mereka, kebanyakan mengutamakan kebutuhan primer dan jika masih mampu, baru akan memenuhi kebutuhan sekunder.Â
Banyak juga usaha yang terpaksa tutup karena berlawanan dengan peraturan lockdown selama pandemi ini, contohnya seperti perusahaan di bidang pariwisata, pastinya sebuah perusahaan tidak dapat bertahan jika tidak mendapatkan pemasukan sama sekali.Â
Kebijakan lockdown juga berdampak pada kehidupan rakyat lainnya, yang bukan/tidak memiliki usaha. Pembatasan jumlah pekerja, Work from Home (WFH), hingga PHK pun banyak dirasakan oleh masyarakat.Â
Bukan hanya untuk bertahan hidup, melainkan untuk menyambung hidup keesokan harinya. Hal ini bukan saja beban pikiran masyarakat, tetapi juga pemerintah. Karena bagaimanapun, rakyat adalah tanggung jawab pemerintah, dimana kebijakan lockdown adalah kebijakan yang dibuat dan diadakan oleh pemerintah, sehingga risiko yang dihadapi pemerintah tentunya harus diatasi.Â
Pemerintah menunjukan sikap tanggung jawab dalam bentuk Bantuan Sosial (Bansos) seperti sembako maupun sejumlah uang. Tentunya, biaya untuk pemberian Bansos tidak sedikit, anggaran pemerintah banyak terpakai untuk ini. Sehingga, diperlukan solusi untuk bisa mengembalikan anggaran pemerintah supaya perekonomian Indonesia kembali stabil.Â
Menurut indonesia-investment.com, Indonesia adalah negara dengan pasar BUMN dan kelompok usaha besar (konglomerat) memainkan peran yang penting, untuk itu sangat baik jika usaha-usaha ini bisa kembali dibangun dan dihidupkan.Â
Kedua badan ini mendominasi perekonomian domestik, dimana berarti secara garis besar keuntungan didapat dari rakyat, sehingga dapat disimpulkan bahwa kekayaan terkonsentrasi pada rakyat. Rakyat memegang peranan penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia, dan sekali lagi dibutuhkan dalam upaya menghidupkan kembali perekonomian.Â
Selain BUMN dan usaha besar, Indonesia sangat terkenal akan potensi perekonomiannya dalam hal ekspor. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor terbesar, dengan potensi paling unggulnya adalah kelapa sawit.Â
Ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia mencapai 31 juta ton pertahunnya, dan mencapai USD 31,4 miliar dalam pasar ekspor tahunan. Selain kelapa sawit, udang juga menjadi salah satu komoditas ekspor yang paling unggul di Indonesia.Â
Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara maritim dengan berbagai jenis ikan di lautnya, sehingga hewan laut terutama udang menjadi komoditas ekspor terbesar.Â
Bahkan tercatat, komoditas ekspor perikanan dari Indonesia tetap menjadi salah satu yang terkuat dan menjanjikan walaupun masa pandemi sedang terjadi.Â
Indonesia juga mengakui sebagai penghasil kopi terbaik di dunia, dengan kopi robusta dan arabika sebagai andalannya. Karena iklim Indonesia yang tropis, maka kopi yang dihasilkan juga baik.Â
Kakao juga menjadi komoditas ekspor yang menghasilkan karena kakao tumbuh subur di daerah Indonesia, dan dibutuhkan oleh negara-negara penghasil cokelat, seperti negara-negara di Eropa.Â
Dengan banyaknya jenis komoditas yang dapat diekspor, harusnya Indonesia bisa bangkit kembali dari keterpurukan ekonomi yang sedang dialami saat ini.Â
Menurut saya, Indonesia memiliki banyak sekali peluang untuk mengembalikan kejayaan perekonomiannya. Begitu banyak petani yang dapat menghasilkan bahan berkualitas yang nantinya bisa dijual tidak hanya di pasar domestik tetapi juga di perdagangan internasional.Â
Dari sudut pandang saya, pemerintah masih kurang memperhatikan kesejahteraan para petani, padahal dengan memberikan modal lebih, dan memberikan lebih banyak dukungan pada para petani dan pekerja lainnya yang mengolah bahan tersebut, tentunya akan menghasilkan bahan yang lebih baik lagi kualitasnya sehingga bisa meningkatkan keuntungan dalam kegiatan ekspor.Â
Menurut saya, upaya untuk mencapai kebangkitan ekonomi bisa dilakukan dari kita juga. Dengan mendukung pengusaha dari skala kecil, juga skala menengah, sudah membantu dalam kontribusi pembangunan ekonomi Indonesia, juga dengan mendukung produk buatan dalam negeri, dan mendukung kegiatan ekspor-impor Indonesia.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI