Mohon tunggu...
RUTH MAYANAULI
RUTH MAYANAULI Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di salah satu sekolah kedinasan dibawah naungan penerbangan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Memahami Human Factor untuk Meningkatkan Keselamatan dalam Dunia Penerbangan

21 April 2024   09:07 Diperbarui: 21 April 2024   09:09 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dosen Pembimbing : IVANA WARDANI, S.K.M.,M.K.M
Penulis                          : Ruth Mayana Uli Siagian, Aditya Hidayah Simatupang, Fariz Aulia Abdillah, Jessica Uli Panggabean
Asal Instansi               : Politeknik Penerbangan Medan

Tentunya hal yang wajar apabila manusia melakukan kesalahan, namun bagaimana apabila kesalahan tersebut sangat berpengaruh terhadap nyawa orang lain? Tidak hanya sampai disitu, selain kesalahan tersebut dapat membahayakan orang lain dapat pula  merugikan pihak-pihak yang terkait.Seperti dalam dunia penerbangan, adanya kesalahan manusia ternyata bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pesawat yang dapat mengancam nyawa manusia lainnya dan merugikan pihak maskapai penerbangan.Terdapat 3 faktor utama kecelakaan pada pesawat yaitu faktor teknis, faktor cuaca dan faktor manusia atau biasa disebut human factor (Isabella Floriana, S.Psi.,MM). Apa yang dimaksud dengan human factor? Human factor merupakan ilmu pengetahuan tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan dunianya, memahami kemampuan dan  batasannya,  dan  pengaruh  aktifitasnya dalam   rangka mengerjakan   pekerjaannya (International Civil Avaition  Organization,2018). Human factor atau biasa disebut dengan faktor manusia dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan yang dilakukan, meningkatkan kemampuan penggunaan peralatan, mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas.Banyak yang mengira bahwa human factor dan human eror adalah sama, tetapi sebenarnya 2 hal ini berbeda namun masih saling berkaitan. Human factor mencakup keahlian, ilmu pengetahuan, keterbatasan dan kecakapan seseorang dalam menjalankan tugas sedangkan human eror lebih mengarah pada keadaan seseorang yang mudah lupa, kelelahan, lalai dan sebagainya.

Berdasarkan data statistik faktor manusia adalah faktor terbesar dalam terjadinya kecelakaan dalam dunia penerbangan, bahkan 2/3 dari rangkaian penyebab kecelakaan pesawat komersial (Wiegman and Shappel, 2009). Data dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tahun 2016 menyatakan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan pada transportasi udara khususnya di Indonesia kira-kira 75-80% faktor utamanya adalah faktor manusia baik itu penerbang, pengatur lalu lintas udara, maupun personil/teknisi pesawat udara. Adapun beberapa regulasi yang membahas mengenai human factor dan salah satunya yaitu terdapat pada ICAO (International Civil Aviation Organnzation) yang mengatur tentang standar yang mencakup persyaratan kesehatan mental, fisik, pelatihan dan pengujian dari personil awak pesawat.Secara umum human factor juga dipengaruhi oleh human performance (Eurocontrol, 2010) yakni :

  • Faktor fisik : tinggi, usia, penglihatan, pendengaran, dll
  • Faktor fisiologi : kesehatan dan kondisi medis
  • Faktor psikologi : mental dan emosional
  • Faktor psikososial : emosi karena pengaruh sosial seperti masalah keluarga, masalah keuangan, dll.

 Ada beberapa metode untuk menganalisis human factor dan perannya dalam aktivitas penerbangan antara lain SHELL Model dan Dirty Dozen.Agar dapat lebih memahami tentang konsep human factor maka diilustrasikan dengan sistem SHELL (software, hardware, environtment dan liveware) yang akan dikaitkan terhadap pemahaman mengenai human factor tersebut. Dalam konsep human factor yang dijelaskan dalam dokumen 9859 safety management system manual (ICAO, 2018) disebutkan istilah human in the system yang pertama kali dikembangkan oleh Edwards pada tahun 1972 dan diilustrasikan dalam gambar oleh Hopkins di tahun 1975 seperti berikut,

  • Software (Perangkat Lunak)
  • Ini mencakup aturan, prosedur, dokumen tertulis yang merupakan bagian dari operasi standar yang berlaku.
  • Hardware (Perangkat Keras)
  • Seluruh perangkat fisik dalam sistem, rangkaian kontrol lalu lintas udara, konfigurasi, tampilan maupun sistem dari peralatannya.
  • Environtment (Lingkungan)
  • Keadaan dari personilnya dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi cuaca, tekanan dan faktor lainnya yang bisa saja mempengaruhi kinerja.
  • Liveware (Manusia)
  • Cakupannya yaitu elemen yang terkait dengan manusia seperti teknisi, pilot, co-pilot dan lainnya yang sudah mengikuti pelatihan serta harus memiliki kemampuan yang memumpuni, memperhatikan tingkat kelelahan, stres dan aspek lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja manusia.

 Konsep SHEL ini membantu mengidentifikasi dan memahami bahwa beberapa faktor ini sangat berkaitan dengan pemahaman terhadap human factor. Selain konsep SHEL, untuk lebih memahami mengenai human factor ada pula istilah Dirty Dozen yang mengacu pada dua belas kondisi kesalahan manusia yang umum terjadi dan dapat memicu terjadinya kecelakaaan. Ada 12 macam penyebab human factor ini disebut The Dirty Dozen dan diadopsi oleh dunia penerbangan untuk dapat meminimalisir human factor (Aviation Maintenance Technician Handbook Adendum Human Factor). Dirty Dozen merupakan sebuah konsep yang dikembangkan oleh Gordon Dupont  di tahun 1993 ketika bekerja di Transport Canada (SKYbrary, Faktor Manusia "Lusinan Kotor"). Konsep ini dirancang untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan manusia (human eror) dan memahami setiap elemen di dalamnya untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga meningkatkan keselamatan penerbangan.

Adapun 12 Dirty Dozen terdiri dari :

  • Kurangnya Komunikasi (Lack of Communication)
  • Keahlian dalam berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting khususnya bagi seorang ATC (Air Traffic Controller) karena informasi yang disampaikan kepada pilot,teknisi dan sesama ATC sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam menjalankan pengontrolan lalu lintas udara. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadinya miskomunikasi yang dapat menimbulkan kesalahan (human eror). Untuk itu penting bagi seorang ATC agar menggunakan logbook atau catatan apa saja yang telah dikerjakan.
  • Kepuasan Diri (Complacency)
    Seorang manusia tentunya memiliki rasa puas diri apabila merasa bahwa dia selalu berhasil dalam mengerjakan segala sesuatu. Hal ini terkadang memicu berkurangnya kewaspadaan dan merasa semua akan berjalan baik meskipun melewatkan beberapa prosedur yang sederhana dan biasa dilakukan.Padahal hal yang dianggap sederhana bisa saja jadi penyebab terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan. Maka dari itu perlunya kerja sama dengan rekan kerja untuk saling mengingatkan, dan melakukan check dan recheck pekerjaan sebelumnya dan pekerjaannya sendiri.Selain itu untuk mencegah terjadinya kelalaian ini, diperlukan laporan dokumentasi rutin.
  • Gangguan (Distraction)
    Gangguan saat bekerja dapat mengalihkan perhatian seseorang terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan.Gangguan dari dalam maupun luar cenderung mengakibatkan kesalahan, kelalaian atau bahkan menyebabkan pikiran tiba tiba menjadi blank. Untuk menghindari terjadinya kesalahan karena gangguan tersebut sebaiknya memberitahukan kepada rekan kerja untuk membantu dalam memeriksa pekerjaan yang kita lakukan, menggunakan checklist, dan tidak menggunakan handphone apabila tidak diperlukan.
  • Kurangnya Pengetahuan (Lack of Knowledge)
    Pentingnya bagi karyawan untuk bekerja sesuai dengan sertifikasi, pelatihan, dan pengalaman yang dimiliki.Meminta bantuan terhadap rekan yang memiliki lebih banyak pengalaman juga dapat dilakukan untuk menambah pengetahuan.Kurangnya pengetahuan dapat  membuat menyababkan kesalahan dalam pengambilan keputusan sehingga berpotensi menghasilkan keputusan yang berbahaya.
  • Kurangnya Kerjasama Tim (Lack of Teamwork)
    Kerjasama antar sesama rekan kerja sangat penting agar dapat mencapai hasil kinerja yang baik.Kontribusi dari setiap anggota tim sangat dibutuhkan keterampilan dan kompetensinya.Setiap anggota harus memberi dukungan terhadap sesama rekannya, saling mengingatkan, berkomunikasi dengan baik, dan tidak sungkan untuk memberi pujian.Apapun yang menjadi tugas masing-masing anggota, rekan satu tim juga sebaiknya dapat membantu rekan lainnya apabila terjadinya kesulitan.Tidak ada seseorang yang dapat bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil dari pekerjaannya apalagi dalam dunia penerbangan, oleh karena itu kerjasama tim yang baik sangat berperan penting karena hal ini demi kepentingan (safety).
  • Kelelahan (Fatigue)
    Dapat berbentuk kelelahan mental ataupun fisik, kedua hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan, reaksi yang cenderung lambat, konsentrasi yang menurun, dan mengalami distraksi.Terlalu lama bekerja, stress karena tekanan pekerjaan, dan kurang istriahat dapat menjadi penyebabnya.Sebaiknya seseorang dalam pekerjaanya tetap bisa memanajemen waktu untuk beristirahat di rekomendasikan selama 8 jam dalam 1 hari, olahraga secara teratur, serta memperhatikan asupan gizi.
  • Norma (Norms)
    Biasanya ada saja kebiasaan baik atau buruk di lingkungan pekerjaan yang biasa dilakukan dan menjadi budaya di tempat kerja tertentu.Biasanya hal ini dilakukan tidak berpatokan pada prosedur yang berlaku dan belum dirancang sesuai dengan segala kondisi atau keadaan, sehingga bisa saja berpotensi terhadap bahaya.Sebaiknya melakukan pekerjaan sesuai dengan panduan yang ada dan tetap waspada terhadap  segala kondisi yang mungkin terlihat baik-baik saja.
  • Kurangnya Kesadaran (Lack of Awareness)
    Hal yang umum terjadi yaitu seseorang kurang memiliki kesadaran akan konsekuensi yang terjadi dari segala sesuatu yang dianggap tidak penting ditengah pekerjaannya.Ketika melakukan pekerjaan yang sama berulang kali, sangat mudah membuat kita menjadi tidak konsentrasi dan tidak waspada terhadap tugas yang sedang dikerjakan.Untuk mengatasinya, mintalah bantuan dari supervisor atau rekan lainnya untuk mengecek pekerjaan kita meskipun pekerjaan tersebut sudah menjadi bagian dari rutinitas kita.
  • Stres
    Ada beberapa jenis stres namun dalam dunia penerbangan terdapat 2 jenis yaitu akut dan kronis. Stres akut biasanya timbul karena bekerja di bawah tekanan atau ketika menghadapi keadaan darurat.Sementara stres kronis diakibatkan oleh kehidupan pribadi seperti sosial atau ekonomi. Untuk mengatasi tekanan dari lingkungan pekerjaan mungkin dapat melakukan relaksasi atau berinteraksi sosial dengan rekan kerja.Sememtara untuk mengatasi stres kronis dapat dengan mengubah gaya hidup seperti rajin berolahraga, menambah relasi, menjaga pola makan dan sebagainya.Komunikasikan keadaan yang sedang dialami kepada rekan atau atasan juga diperlukan agar tidak memicu terjadinya kesalahan dalam pekerjaan.
  • Tekanan (Pressure)
    Setiap pekerjaan tentunya memiliki tekanannya masing-masing dapat berasal dari atasan, rekan kerja, lingkungan atau pihak lainnya.Penting untuk mengelola tekanan ini dengan cara meminta bantuan terhadap supervisor atau meminta pendapat dengan rekan yang bisa dipercaya agar tidak terjadi kesalahan dalam pekerjaan. Namun, jika dirasa tekanan tidak dapat ditoleransi maka dapat di buat laporan dan dokumentasikan untuk menjadi bahan evaluasi dan menjadi perhatian pihak manajemen.
  • Kekurangan Sumber Daya
    Sangat penting untuk mengatasi kekurangan sumber daya untuk meminimalisir resiko selama menjalankan tugas.Adapun sumber daya yang dimaksud dapat berupa kurangnya waktu, bahan bakar, informasi, pelatihan, peralatan, tenaga kerja, koordinasi antar kru.Hal yang dapat dilakukan yaitu mendokumentasikan kekurangan sumber daya,tidak mengganti peralatan yang rusak dengan peralatan lainnya dengan peralatan yang tidak sesuai,  memperkirakan tingkat kesulitan pekerjaan yang akan dikerjakan dll.
  • Kurangnya ketegasan
    Komunikasi adalah cara untuk menyampaikan apa yang ada di pikiran maupun perasaan manusia.Sangat diperlukan cara berkomunikasi yang tegas dalam menyampaikan keputusan tertentu yang mengedepankan keselamatan dan mungkin saja mengorbankan pendapat orang lain atau standar kita sendiri.Dalam dunia penerbangan keputusan yang diambil tentunya tidak boleh sembarangan dan memerlukan ilmu pengetahuan, fakta dan informasi yang mendukung.Namun tidak ada salahnya juga untuk meminta saran dan mempersilahkan orang lain berpendapat terhadap keputusan yang akan diambil dan berunding untuk mendapatkan solusi yang paling aman di situasi tersebut.

 SHELL dan Dirty Dozen merupakan bagian dari konsep pemahaman yang berkaitan dengan human factor yang dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi potensi resiko yang dapat menimbulkan kecelakaan sehingga meningkatkan keselamatan penerbangan.Pemahaman terhadap human factor dapat membantu perusahaan penerbangan dalam mengoptimalkan kinerja dari awak pesawat.Termasuk dari aspek pelatihan, pengelolaan tingkat stres, ilmu pengetahuan dan lainnya yang berpengaruh terhadap kinerja agar mencapai tujuan yang sesuai dengan hasil yang diharapkan.Dengan mengidentifikasi human factor perusahaan penerbangan juga dapat mengambil langkah yang tepat untuk mengurangi resiko yang merugikan dan meningkatkan keselamatan dalam dunia penerbangan.Setiap personil penerbangan diharapkan mampu memahami betapa pentingnya untuk memperhatikan dan mengatasi human factor terutama saat sedang melaksanakan tugas.

 DAFTAR REFRENSI

Isabella Floriana, S.Psi.,MM.,2016.NOW EVERYONE WARY OF SAFETY The Dirty Dozen.

ICAO, 2018.Doc 9859 Safety Management Manual Fourth Edition.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun