Mohon tunggu...
Rusyd Al Falasifah
Rusyd Al Falasifah Mohon Tunggu... Belum Bekerja -

Pemerhati kekacauan pemahaman terhadap agama, filsafat, dan kegiatan keilmuan. Minat dibidang agama Islam, pendidikan, ilmu umum, filsafat, sosiologi, dan metodologi. Email: rusydalfalasifah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harapan yang Gugur dan Pelarian dari Kenyataan

22 Oktober 2016   20:12 Diperbarui: 22 Oktober 2016   20:22 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian akhir dari film Inception (2010) yang menandakan bahwa Cobb ada di dalam dunia yang tidak nyata.

Pernahkah kamu membuat harapan hidup? Mungkin tentang IPK kuliah yang cumlaude, atau menghasilkan sebuah produk yang luar biasa bermanfaat untuk manusia dan alam. Pernahkah kamu membayangkan hasil dari perencanaanmu? Mungkin tentang sebuah gagasan atau lembaga elegan nan revolusioner, yang mampu membawa perubahan.

Tapi, bagaimana jika nyatanya, IPK-mu sangatlah rendah sehingga kesulitan meraih karir? Bagaimana jika produk yang kamu banggakan itu tak pernah berhasil diciptakan? Bagaimana jika ternyata gagasanmu malah ditolak, dihina, dan difitnah oleh masyarakat kebanyakan? Penting diketahui, bahwa tidak semua pengharapan dan perencanaan bisa terwujud.

Kenapa Ditulis?

Sebagaimana harapan Mal (Marion Cotillard) yang ingin hidup selamanya bersama Cobb (Leonardo DiCaprio), tanpa gangguan dan masalah; kabur dari kenyataan yang ada. Dalam film Inception (2010) yang beraliran science fiction itu, Mal rela meninggalkan kedua anaknya yang ada di dunia nyata, hanya demi hidup bersama Cobb di dunia yang tidak nyata bersama anak yang tidak nyata pula.

Tak hanya Mal, kita pun bisa lari dari kenyataan. Tak sedikit dari orang-orang yang bermimpi, kemudian gagal dan menutup diri mereka. Mereka takut kenyataan bahwa mereka gagal pada saat itu. Kemudian lari mencari kondisi yang mendukung mereka dan mengemasnya seolah tak terjadi apa-apa. Bahkan, memendam diri mereka untuk larut dalam bayang-bayang indahnya harapan yang telah lalu.

Fakta Tentang Harapan-Harapan Manusia

Dunia ini dinamis. Segala sesuatu terjadi menurut hukum tertentu. Tidak hanya hukum alam, tapi juga ada hukum manusia dan hukum Tuhan. Dalam mekanismenya, mungkin kita sudah merencakan kuliah kita dengan apik. Namun mungkin, ada teman kita yang iri dan menyembunyikan buku untuk menghambat harapan kita. Atau mungkin, hujan membasahi tulisan-tulisan kita sehingga tak dapat dibaca lagi. Entah, terkadang sesuatu terjadi diluar dugaan dan kontrol diri sendiri.

Dari sifat dunia yang demikian itulah, harapan mengalami natural selection. Seperti pikiran Darwin, secara natural, harapan manusia bisa rusak dan bahkan hilang begitu saja tanpa duga-duga.

Lari Dari Kenyataan Adalah Opsi

Setelah mengalami natural selection, maka manusia akan mendapatkan sebuah impact. Ketika dia menyadari bagaimana impiannya yang sangat diinginkan itu layu, dan bahkan sirna, maka terguncanglah perasaan mereka. Segala yang telah mereka perjuangkan itu hilang, dan membangkitkan emosi-emosi yang ada.

Tak sedikit dari manusia yang emosinya itu memberikan dorongan-dorongan untuk menentang kenyataan. Ada yang menolak emosi itu, dan ada yang menerimanya. Mereka yang menerima, berusaha lari dari kenyataan; mereka lebih memilih ketidaknyataan dan larut di dalamnya.

Berhati-Hati Dengan Pilihanmu!

Larutnya emosi dalam harapan-harapan yang sirna itu melengkapi kombinasi untuk menjadi pasif dan unchangeable person. Mereka takut untuk menghadapi orang-orang yang membencinya, takut akan kegagalan muncul kembali, menutup hati dan matanya untuk mencari zona nyaman. Akhirnya, mereka yang lari dari kenyataan itu malah menganiaya dirinya sendiri dengan mempersepsi segala hal secara negatif; mereka menganggap dirinya telah gagal tanpa bisa berubah.

Sebenarnya, kegagalan dari suatu harapan bukanlah akhir dari hidup. Masih ada banyak pengetahuan yang bisa dimanfaatkan untuk membawa perubahan kepada diri sendiri. Namun emosi-emosi tadi mendorong kita untuk berbuat yang salah. 

Akhir

Tuhan pun selalu memberikan kesempatan bagi kita untuk berubah. Dan orang-orang disekitar kita pun tidak akan selamanya menolak. Yakinlah bahwa akan ada jalan yang bisa ditempuh untuk memperbaiki dan membantu kita meraih apa yang telah sirna. Bahkan lebih baik dari itu.

Harapan selalu indah, karena sesuai dengan keinginan kita. Namun, ketika harapan itu tidak terwujud, kita harus siap menerima kenyataan bahwa memang tidak akan terwujud. Setidaknya untuk waktu itu. Kita harus bisa berjalan, sebagaimana seorang manusia atas dasar hukum yang berlaku. Jangan pernah takut menerima kenyataan dan melanjutkan kehidupan sebagaimana mestinya.

(Ditulis atas dasar penarikan hikmah dari film Inception yang dirilis di tahun 2010)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun