Pelarangan MOS disekolah bisa menjadi kabar buruk, juga bisa menjadi kabar baik. Kita tau bahwa MOS kini dilarang. MOS disini maknanya adalah pelaksanaan pengenalan dan masa orientasi yang dilaksanakan oleh siswa dengan cara kekerasan. Â Jadi, jika MOS dihapus, bukan berarti tidak ada kegiatan pengenalan dan masa orientasi lagi bagi siswa baru.Â
Keputusan Anies, menurut hemat saya, sudah tepat. Sebab dia mencegah ketidakidealan itu berjalan. Ibarat sebuah pahlawan yang menghentikan penjahat, meskipun kesiangan. Saya tidak tau dia kesiangan karena banyak tugas yang lebih prioritas, ataukah alasan yang lain. Akan tetapi, bagi saya Pak Anies tetap pahlawan. Tetapi pertanyaannya, bentuk pengenalan/orientasi yang seperti apakah yang akan disuguhkan?
Katanya, wujud pelaksanaan pengenalan yang baru itu akan diserahkan kepada guru. Sedangkan sepengetahuan saya, tidak semua kualitas guru di Indonesia benar-benar berkompeten dalam mendidik. Bahkan, ada guru yang sekadar menjelaskan, seadanya, dan menekankan pencatatan. Bukan kecerdasan, kelogisan, moralitas, keimanan, dan berbagai aspek kemanusiaan selainnya yang dijelaskan secara "pendidikan".Â
Saya tau, ada sebagian guru yang menjadi guru karena butuh uang, bukan untuk mengajar. Ini berbeda lho, antara yang niat mengajar dengan yang tidak. Yang niat mengajar akan menjadikan profesinya sebagai yang prioritas dalam kehidupannya untuk membantu bangsa ini mencapai cita-citanya.
Meskipun Anies menargetkan bahwa pelaksanaan orientasi nanti harus edukatif dan menyenangkan, sedangkan kondisi guru di Indonesia masih kurang ideal, maka saya kira ini seperti bertaruh. Ibarat: "Saya tidak tau pasti hasilnya bagaimana, pokoknya saya berani ngasih sekian". Tahukah kamu? hasil pengenalan nantinya masih bisa dipertanyakan, bukan malah bisa ditebak. Sebab kualitas guru masih unda-undi. Sebelah sini bagus, sebelah situ biasa saja, sebelah sana kacau.Â
Jadi, akankah ini membawa kabar baik? Atau justru menjadi bencana? Menurut saya, tergantung teknis, dan usaha gurunya nanti dalam mencapai tujuan pengenalan sekolah nantinya. Lagi-lagi, belum bisa dipastikan. Yang jelas, jika pelaksanaannya masih saja membosankan, menegangkan, lebih menyeramkan daripada The Conjuring 2, dan/atau bahkan tidak sampai ke tujuan utama pengenalan sekolah, maka tentu ini akan menjadi bencana. Sebaliknya, jika dilaksanakan secara tepat, dan mencapai tujuannya, maka inilah sebuah kabar baik.
Keputusan Baru: Penuh Dengan Konsekuensi
Keputusan Pak Anies ini tentu memiliki banyak konsekuensi. Sebab, suatu yang awalnya merupakan bagian dari sistem yang agak rumpang ini dicabut. jadi, salah satu bagiannya hilang. Entah gear-nya atau pelumasnya. Tentu ini akan mempengaruhi yang selainnya yang terkait, sebab bentuk yang diadakan nantinya sama sekali berbeda. Tidak sama dengan MOS. Inilah PR-nya.
Akhir kalimat, saya hanya ingin menutip kata-kata Pak Anies terkait masalah ini.
"Siswa pun harus pakai seragam seperti belajar sehari-hari. Tidak perlu pakai aksesoris aneh-aneh. Harus pakai atribut sekolah," kata Anies.
Semoga saja ini menjadi salah satu langkah dalam memajukan pendidikan bangsa ini. Tidak sekedar menjadi langkah-langkah yang bagus diawal, dan terbuang sia-sia di waktu mendatang.