Mohon tunggu...
Rusyd Al Falasifah
Rusyd Al Falasifah Mohon Tunggu... Belum Bekerja -

Pemerhati kekacauan pemahaman terhadap agama, filsafat, dan kegiatan keilmuan. Minat dibidang agama Islam, pendidikan, ilmu umum, filsafat, sosiologi, dan metodologi. Email: rusydalfalasifah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Mainstream? Inilah Cara Mendidik Perilaku Remaja

15 April 2016   18:37 Diperbarui: 15 April 2016   18:52 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sisi berikutnya adalah hubungan sosial. Tak dapat dipungkiri bahwa orang lain memiliki pengaruh dalam perilaku kita, apalagi remaja. Pada hal ini, keluarga dapat mengontrol hubungan sosial anak remajanya secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung adalah dengan mengenal teman-teman sebayanya, mengawasi pertemanannya, mengawasi hubungannya, dan membatasi pertemanan yang buruk atau salah. Sedangkan secara tidak langsung adalah dengan mengajarkan dan selalu mengingatkan tentang batas-batas dalam bersosial. Ini bukan berarti hubungan sosialnya benar-benar dikekang. Jika sampai benar-benar membatasi gerak-gerak anaknya, maka cara keluarganya tentu kurang tepat.

Yang terakhir adalah pengondisian keluarga. Pengondisian dapat mempengaruhi perilaku. Bahkan secara tidak sadar mampu membentuk rutinitas. Remaja yang seringkali berkumpul bersama teman disekolah ataupun diluar sekolah memungkinkan untuk terkondisikan oleh nilai-nilai yang tidak obyektif, dan bisa jadi tanpa sepengetahuan keluarga. Misalnya, terkondisikan oleh lingkungan temannya yang sering berkata-kata kotor. Bisa jadi anak yang baik-baik pada akhirnya ikut-ikutan berkata-kata kotor. Oleh sebab itu, sebagai keluarga maka harus memberikan obat penawarnya, yaitu dengan pengondisian positif oleh keluarganya sendiri.

Pengondisian yang paling prinsip adalah dengan menanamkan motivasi untuk tidak menyimpang. Misalnya dengan memberikan nalar bahwa perilaku yang tidak menyimpang nantinya pasti sukses dunia-akhirat. Bentuk teknisnya bisa dengan selalu mengingatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir obyektif, konsisten, dan segala hal yang tadi sudah dijelaskan. Jangan lupa juga untuk memberikan rasa hangat dan afeksi dalam keluarga. Sebab ini merupakan “ruh”-nya pengondisian keluarga. Dengan ini, anak bisa ingat kembali tentang perilaku yang seharusnya dan tidak mengalami penyimpangan berat seperti beberapa temannya.

Ketiga hal itu bisa menjadi solusi yang tepat atas fenomena remaja yang tak kunjung usai hingga makin kacau seperti tren-tren tadi. Ini juga bisa menjadi langkah pencegahan untuk dimasa depan nanti. Mungkin saja suatu saat, ada lagi tren menyimpang yang gencar di masyarakat luar. Dengan tiga hal diatas, harapannya remaja bisa lebih mampu berperilaku dengan tepat, namun tetap beretika dan konsisten pada yang obyektif.

Jika anak anda sudah mau untuk melakukan sesuatu dengan tepat, janganlah anda senang dulu. Sebab yang terpenting bukanlah apa yang dipilih, melainkan bisa tidaknya dia setia pada pilihannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun