Mohon tunggu...
rusyana rudi
rusyana rudi Mohon Tunggu... Guru - Menulis Menulis dan Menulis dan pintu Menulis adalah Membaca, maka Bacalah dan Tulislah

sudah lama saya memiliki hoby menulis puisi,cerpen dan curat coret sketsa, namun hanya bisa di konsumsi sendiri, dicetak sendiri dan dinikmati sendiri (hehehe),belum ada yang mau menerima karya sederhana saya. Namun walau demikian, ga ada bosannya saya menulis puisi, terutama sebgaian besar bertema kaum marginalis. Selain itu hoby saya juga membaca sejarah dan mengagumi heritage dibeberapa daerah,walupun hanya lewat foto dan tayangan di beberapa channel youtube hari ini. Profesi saya saat ini sebagai Guru di SLB Negeri Purwakarta. Mengajar yang paling berkesan sejak menjadi guru di tahun 1996 di berbagai satuan pendidikan (SD,,SMP,MA/SMK dan Perguruan Tinggi), hanyalah di SLB, saya belajar sabar dan ikhlas dalam membimbing dan mendidik anak, Guru bukan hanya transfer ilmu tetapi transfer kasih sayang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Doa Sang Terdzolimi

11 Oktober 2024   16:00 Diperbarui: 11 Oktober 2024   16:11 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Do'a Sang Terdzolimi

Oleh : Rudi Rusyana (Rosianadinata)

Sebongkah senyuman ...

Tengah merekah di antara bunga kebencian ...

Gelak tawa sang pemegang cambuk penderitaan

Memaksaku ...

Tuk meronta ....

Menerjang ...

Namun ...

Akhirnya ....

aku juga yang jatuh ...

Terhempas ....

Kedasar kenestapaan ...

Licik ...,

Licin ... iblis dunia

Melebihi iblis penggoda Adam As

Sungguh ....keji... sadis ....

Wajahmu semua hanya polesan

Wajahmu semua hanya mainan

Wajahmu semua hanya daging yang menempel pada tulang ...

Sungguh angkuh kau di dunia fana ini ....

Sungai keserakahan...

T'lah menghanyutkan cinta kasih

Brigadir J, Pegi Setiawan, dan ribuan bahkan jutaan rakyat tak berdosa

Telah lama menjadi sampah yang tercampakkan

ke-Pongah-an ...

ke-Angkuh-an ...

ke-Keji-an ....

ke-Kejam-an...

manusia begelar dan berpangkat Jenderal itu ..

yang s'lalu menganggap dirinya

sebagai bangsawan ...dermawan ...., agamawan ... dan wan ... wan ... lainnya

Padahal ....

Hati mereka kering kerontang ...

Dari sejuknya rasa kemanusiaan

Wahai Pengatur dan Pemelihara alam raya ini

Tampakkanlah keberpihakan-Mu pada semua kaum tertindas

Bukakanlah pintu hati para iblis bergelar sarjana berpangkat Jenderal  tuk segera tobat dihadapan-Mu

Hanya Engkau yang Maha Adil dari yang merasa paling adil di dunia ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun