Generasi Z atau yang biasa kita sebut Gen Z sering banget disorot karena gaya hidupnya yang berbeda dari generasi sebelumnya. Salah satu kebiasaan yang jadi tren adalah konsep self-reward. Dari beli kopi mahal, healing ke tempat wisata, sampai belanja barang impian, semuanya dianggap sebagai bentuk apresiasi diri. Tapi, ini sebenarnya penting atau cuma buang-buang waktu (dan uang)? Yuk, kita bahas lebih santai!
Self-reward, sederhananya, adalah hadiah yang kita kasih ke diri sendiri sebagai bentuk penghargaan atas usaha yang sudah dilakukan. Misalnya, setelah kerja keras menyelesaikan tugas kuliah atau kerjaan kantor, kita 'merayakannya' dengan hal yang bikin bahagia.
Buat Gen Z, self-reward ini nggak cuma soal kepuasan material, tapi juga cara buat menjaga kesehatan mental. Dengan rutinitas yang sering bikin burnout, apresiasi kecil seperti ini bisa jadi cara mereka mengisi ulang energi.
Kenapa Self-Reward Jadi Tren?
1. Tekanan yang Tinggi:
Hidup di era digital bikin Gen Z terus membandingkan diri mereka dengan orang lain. Standar hidup yang 'sempurna' di media sosial bikin tekanan semakin besar. Self-reward jadi salah satu cara untuk mengingatkan diri bahwa mereka juga berhak bahagia.
2. Pendekatan pada Kesehatan Mental:
Generasi ini lebih sadar pentingnya kesehatan mental. Mereka paham bahwa menjaga diri, baik fisik maupun emosional, itu nggak kalah penting dari bekerja keras.
3. Kebebasan Finansial yang Lebih Dini:
Banyak Gen Z yang mulai menghasilkan uang sejak muda, bahkan dari hobi seperti konten kreator. Jadi, mereka merasa wajar memberi hadiah untuk diri sendiri.
Self-Reward: Penting atau Buang-Buang Waktu?
Nah, di sinilah mulai muncul perdebatan. Ada yang bilang self-reward itu penting, tapi ada juga yang menganggapnya cuma alasan buat foya-foya.
Kenapa Penting?
Self-reward membantu kita tetap termotivasi. Ketika kita tahu ada sesuatu yang menyenangkan di akhir usaha, kita jadi lebih semangat buat menyelesaikan pekerjaan.
Selain itu, self-reward juga bisa jadi bentuk cinta diri (self-love). Dengan menghargai diri sendiri, kita belajar menerima bahwa kita layak untuk bahagia.