Mohon tunggu...
Rusty Andri Yhani
Rusty Andri Yhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi PGSD universitas Mulawarman

Saya Rusty , seorang penjelajah ide dan pembelajar seumur hidup. Dalam perjalanan ini, saya menemukan keindahan dalam setiap perbedaan dan belajar dari setiap pengalaman. Bergabunglah dengan saya untuk merayakan keberagaman, berbagi inspirasi, dan membangun komunitas yang inklusif. Setiap langkah yang kita ambil bersama adalah bagian dari cerita yang lebih besar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Harmoni dalam Pluralitas, Pendidikan Merangkul Semua Anak Tanpa Batas

1 November 2024   11:43 Diperbarui: 1 November 2024   12:25 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia bukanlah negara yang kekurangan motivasi untuk belajar. Mulai dari berbagai sejarah Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan cerita historisnya yang beragam baik dari pahlawan maupun kebudayaan adat istiadatnya. Berdasarkan hasil PISA ( Program of Internasional Student Assesment ) 2022, Indonesia berada di peringkat 66 dari 81 negara dan naik 5-6 dari posisinya sebelumnya dengan skor matematika senilai 366,sains senilai 383 dan membaca senilai 359. 

Hal ini mengalami penurunan poin jika dibandingkan dengan hasil  PISA sebelumnya yakni pada tahun 2018 dengan peringkat 72/ 81 dengan matematika senilai 379, sains senilai 389 dan membaca senilai 371. Jika dilihat dari hasil poin, Indonesia mengalami penurunan namun peringkatnya naik.  Hal ini dikarenakan adanya learning loss secara internasional akibat pandemi COVID-19.  

Hal tersebut mencerminkan ketangguhan guru-guru di Indonesia dengan pencerminan beberapa program penanganan pandemi seperti akses daring, pelatihan guru, materi pembelajaran dan kurikulum darurat. Penggunaan kurikulum darurat menjadi hal penting pada saat itu dengan perbedaan hasil belajar yang signifikan.  Penggunaan kurikulum merdeka menjadi salah satu awal mula perancangan kurikulum merdeka dengan beberapa prinsip yaitu :

  • Mengurangi 30-40 % materi wajib,
  • Pendukungan asesmen diagnostik dan pembelajaran fleksibel dengan kemampuan tiap murid,
  • Aktivitas diperbanyak pada buku teks dibandingkan merancang daya nalar,
  • Pengasahan kompetensi dan karakter murid,
  • Pengaksesan daring dengan perangkat TIK sebesar 1,4 juta laptop,
  • Penggunaan PMM ( platform merdeka mengajar ) dan platform rapor pendidikan,
  • Penerapan P5.

Untuk melengkapi asesmen PISA, Indonesia membangun AN ( Asesmen Nasional ) untuk menilai kualitas pendidikan secara lebih komprehensif di setiap sekolah dan daerah dengan tingkatan PAUSD - SMA/SMK sederajat yang dilakukan setiap tahun untuk perbaikan kualitas secara terus menerus. Pemulihan ini terjadi lebih cepat disekolah yang menerapkan kurikulum merdeka.  Kurikulum merdeka juga menekankan pendidikan inklusif. Tujuan dari pendidikan inklusif ini diantaranya :

  • Semua peserta didik dapat belajar dan perbedaan menjadi kekuatan untuk pengembangan kompetensi yang dimiliki.
  • Merealisasikan amanat UUD 1945 pasal 31 dan pasal 28 B ayat 2.
  • Menciptakan lingkungan yang ramah, nyaman bagi semua peserta didik dengan tujuan mengembangkan karakter sosialnya. seperti toleransi, kerja sama dan saling menghargai dan menghormati.
  • Pemaksimalan potensi peserta didik tanpa terhalang keterbatasan.
  • Bekal persiapan peserta didik untuk mejalani kehidupan di masa depan.

Pendidikan inklusif dengan beberapa alur pelaksanaan  mulai dari PPDB, identifikasi, asesmen baik laporan hasil belajar maupun penilaian dan evaluasi pembelajaran hingga profil belajar peserta didik dan program pendidikan individual. Manfaat pendidikan inklusif seharusnya sudah dirasakan sejak sekolah berdiri tanpa embel inklusif didalamnya. Hanya saja dalam praktiknya terdapat beberapa norma, adat istiadat dan persepektif yang memandang sebelah mata akan hal ini. Berbagai kasus diskriminasi/ stigma negatif, keterbatasan pengawasan dan layanan khusus ini tidak hanya dirasakan PDBK saja tapi seluruh siswa baik verbal maupun non verbal dan baik disadari pelaku dan korban maupun tidak.

Pendidikan inklusif tidak hanya berfokus pada sistem pendidikan saja tapi juga penyaluran keterampilan dan kompetensi dari pendidik ke terdidik secara merata. Berbagai macam program sekolah inklusif berupa :

  • Pembelajaran sewaktu-waktu di kelas khusus. Pembelajaran ini digalakkan tidak hanya untuk guru SLB saja tapi untuk seluruh guru yang terutama wali kelas. Hal ini dimaksudkan setiap anak memiliki bonding dengan anak lainnya. Pendekatan ini membantu peserta didik memenuhi kebutuhan individual dengan pengintegrasian dan pembaruan lingkungan inklusif. 

  • Hanya saja saat ini kelas khusus di sekolah Inklusif masih terhambat fasilitas seperti fasilitas khusus, staf terlatih dan sumber daya pendukung individual. Contohnya program ICT,keterampilan membatik, tata busana, kriya kayu dan lain-lain pada kelas khusus.

  • Penyediaan dan penggunaan alat bantu khusus dalam pembelajaran. Penyediaan alat bantu khusus ini belum terdistribusi dengan baik di sekolah yang menjadi sekolah inklusi dibanding sekolah luar biasa. Seperti proyektor, FM, furnitur adaptif,kursi roda, toilet disabilitas, buku braille sesuai kurikulum ,bidang landai, guiding block, perangka lunak fromat braille, video atau digial,  ruang belajar inklusif dan lain-lain.

  • Penggunaan guru pendamping ( shadow teacher ). Penggunaan guru pendamping di sekolah inklusif masih minim jumlahnya. Hal ini dikarenakan jumlah lulusan GPK ( guru pembimbing khusus ) tidak sebanding dengan jumlah PDBK ( peserta didik berkebutuhan khusus ) yang ada disekolah. 

  • Hal ini menjadi salah satu kesulitan dalam pelaksanaan sekolah inklusif dan kurang optimalnya pengawasan dan pembelajaran secara individu. Kerap kali pendidik yang memiliki PDBK  dikelasnya memberikan perhatian lebih sehingga menimbulkan kesenjangan dari berbagai sisi. Secara tidak langsung, tugas GPK diambil alih oleh wali kelas saat ini.

  • Penerapan student centered  dengan peserta didik sebagai tutor. Penerapan ini dapat membangun bonding antar peserta didik. Peserta didik reguler dapat mengembangkan keterampilan empati, berkomunikasi dan kepemimpinan. Sementara siswa disabilitas mendapatkan dukungan yang lebih personal dan pemeblajaran sesuai kebutuhan mereka.

  • Penggunaan sumber ajar, tugas khusus dan evaluasi soal yang berbeda/khusus dengan tujuan pembelajaran yang sama.

Manfaat pendidikan inklusi tanpa batas dengan program yang sedang dijalankan ini sangat besar, termasuk peningkatan keterampilan sosial, peningkatan kepercayaan diri, dan persiapan yang lebih baik untuk berkontribusi dalam masyarakat yang beragam. Manfaatnya tidak dirasakan secara cepat tapi kontinu. 

Contoh sukses pendidikan inklusif di negara-negara seperti Finlandia dan Kanada menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang harmonis dan produktif bagi semua anak. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan ini menjadi tanggung jawab sekolah , orang tua dan pemerintah dengan dukungan aktif seluruh masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun