Design Thinking adalah pendekatan yang kreatif dan inovatif untuk memecahkan masalah dengan fokus pada kebutuhan pengguna. Tokoh-tokoh utama yang mencetuskan design thinking adalah David Kelley dan Tim Brown dari IDEO, sebuah lembaga konsultan desain yang berbasis pada inovasi produk. Berikut adalah beberapa informasi lebih lanjut mengenai sejarah dan konsep Design Thinking:
Sejarah Design Thinking:
- David Kelley dan Tim Brown dari IDEO adalah orang-orang yang memperkenalkan design thinking. Mereka ingin mengatasi masalah dengan berfokus pada kebutuhan pengguna atau user.
- IDEO adalah lembaga konsultan desain yang berlatar belakang desain produk berbasis inovasi. Dari konsep yang dihadirkan oleh David Kelley dan Tim Brown, design thinking dikenal dan berkembang pesat.
- Design thinking menggabungkan harapan dari sudut pandang manusia dengan aspek teknologi yang memiliki kelayakan dan nilai ekonomis.
- Design thinking juga melibatkan kreativitas dalam menghasilkan ide dan solusi yang efektif untuk menyelesaikan masalah.
Konsep Design Thinking:
- Design Thinking mengubah cara perusahaan atau organisasi berpikir dalam mencari solusi permasalahan.
- Pola pikir pemilik perusahaan berubah ketika menggunakan design thinking dalam mengembangkan produk dan layanan.
- Design thinking berfokus pada kebutuhan pengguna dan menggabungkan elemen people-centered serta tahapan empathize untuk memahami masalah secara mendalam.
- Solusi yang dihasilkan berdasarkan Design Thinking efektif karena didasarkan pada kebutuhan pengguna.
Melansir dari https://www.researchgate.net/publication/367967568_Bloom%27s_Taxonomy_Approach_to_Cognitive_Space_Using_Classic_Test_Theory_and_Modern_Theory, Design Thinking dan Taksonomi Bloom saling melengkapi dalam mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik. Berikut adalah hubungan antara keduanya dalam ranah C6 (Evaluasi dan Kreasi):
Evaluasi (C6):
- Dalam design thinking, peserta didik mengevaluasi solusi yang telah dirancang.
- Mereka mempertimbangkan keefektifan, kepraktisan, dan dampak dari solusi tersebut.
- Ini melibatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang sejalan dengan tingkat C6 dalam Taksonomi Bloom.
Kreasi (C6):
- Design thinking mendorong peserta didik untuk berkreasi dan menghasilkan solusi yang inovatif.
- Ini mencakup menggabungkan ide-ide, merancang prototipe, dan menghasilkan solusi yang belum pernah ada sebelumnya.
- Kemampuan berpikir kreatif dan menghasilkan sesuatu yang baru sejalan dengan tingkat C6 dalam Taksonomi Bloom.
Manfaat Mengintegrasikan Design Thinking dalam Pendidikan Agama Kristen
Menggunakan design thinking dalam pendidikan agama Kristen memiliki banyak manfaat. Pertama, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran mereka. Melalui design thingking, siswa diajak untuk berpikir kritis, berkolaborasi dengan teman sekelas, dan mengaplikasikan pemahaman mereka dalam situasi kehidupan nyata. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang agama Kristen, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan kognitif dan sosial yang penting. Â Kedua, menggunakan design thinking dalam pendidikan agama Kristen juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan menghadirkan materi pembelajaran yang menarik dan interaktif, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan mengembangkan rasa ingin tahu mereka tentang agama Kristen. Ini akan menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih positif dan mendukung.
Dalam konteks pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, penerapan design thinking dapat membantu menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih inovatif dan relevan bagi siswa. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:
1. Â Discovery (Penemuan):
- Guru memahami dan meneliti masalah yang telah disiapkan. Ini bisa berupa tantangan atau permasalahan yang relevan dengan materi Pendidikan Agama Kristen.
- Peserta didik bersama-sama dengan guru memahami dan meneliti masalah tersebut melalui berbagai sumber, seperti buku pelajaran, internet, dan sumber lainnya.
- Tujuan dari tahap ini adalah memperluas pengetahuan peserta didik dan memahami permasalahan secara mendalam.
2. Â Interpretation (Penafsiran):
- Guru mengarahkan peserta didik untuk menghubungkan titik-titik masalah yang telah ditemukan.
- Peserta didik diminta untuk menggali lebih dalam dan menghubungkan semua aspek permasalahan. Hal ini membantu menyusun tahapan penyelesaian yang lebih fokus dan terarah.