Apakah yang terbersit di pikiran Anda melihat foto yang ada di atas? Â Yup, inilah kondisi yang terjadi di masa PJJ. Â Foto tersebut adalah foto anak saya yang saat ini berada di kelas VII SMP. Â Saya ada bersama dengan dia, saat proses belajar ini terjadi. Â Di menit pertama, anak saya masih semangat dalam mengerjakan tugas. Â Dia malas duduk di kursi dan berhadapan dengan meja, memilih lesehan dan longsoran di lantai. Â Menit-mennit selanjutnya, dapat Anda lihat mulai kurang semangat, bosan dan akhirnya tertidur. Â
Di pelajaran sebelumnya, saya memantau kondisi belajar sama seperti yang saya foto itu. Â Anak mengecek LMSnya yaitu Google Classroom, mengisi absen dan mengerjakan tugas, tanpa ada penjelasan seara virtual dari guru kebanyakan disuruh nonton You Tube atau kerjakan di LUK/LKS/ Buku Paket halaman sekian lalu dikumpulkan. Â Adakah hal ini menjadi perenungan kita bersama baik sebagai seorang pendidik, orang tua wali murid/siswa atau bahkan siswa sendiri? Â Inilah potret keadaan pendidikan di masa PJJ ini, masih banyak kita yang belum paham benar kondisi digitalisasi pendidikan. Â
Yang disayangkan, mengapa setahun masa PJJ ini (18 Maret 2020-18 Maret 2021) kita masih belum banyak bergerak ke arah kemajuan? Yang terjadi adalah  learning loss :(, minimal dari diri sendiri sebagai pendidik dapat beradaptasi terhadap perubahan yang ada karena inilah kunci keberlangsungan hidup pendidikan kita.  Seandainya 1 semester lalu kita dapat mengevaluasi hasil pembelajaran pada mata pelajaran yang kita ampu, ini akan berdampak bagi potret pendidikan di negeri yang kita cintai ini.  Kembali kepada foto drama sekolah online di atas, sudahkah kita para pendidik mengenal bagaimana kelas digital pendidikan itu sendiri?  Mari dengan hati terbuka dan mau terus belajar kita memahami, mempelajari dan memapraktekan di mata pelajaran, di kelas yang kita ampu.  Ada 8 elemen penting dalam kelas digital yang dapat Anda akses untuk wawasan lanjutan.
1. Â Ruang. Â Yang dimaksud dengan ruang dalam kelas digital ini adalah bagian yang dapat dipersonalisasi/anonim, statis atau tetap, terbuka/tertutp. Â Â Â Â Â Â Di mana ada potensi, siswa yang terhubung dengan konten, rekan dan audiesnya.
2.  Nada.  Gagasan ini termasuk abstrak, karena nada yang dimaksud dalam kelas digital ini merupakan estetika dari tugas hingga alur kerja guru dan      kecepatan bagaimana tugas ini diberikan dan sampai kepada siswa.  Di kelas digital ini, lebih mudah untuk memantau kemajuan siswa dan             pekerjaan siswa.
3.  Putaran umpan balik.  Platform pembelajaran dapat memberikan hasil kepada siswa dengan cara disesuaikan per siswa, per mata pelajaran.  Dan       kondisi ini cepat dalam pelaksanaannya dibandingkan pada kelas tradisional.
4.  Teknologi. Teknologi adalah bagian paling ikonik dalam kelas digital.  Ada perangkat keras/lunak, WIFI/LAN. sistem operasi atau saluran media        sosial.
5.  Alur kerja.  Alur kerja di kelas digital, bergerak dari guru --> siswa ke siswa --> yang lainnya --> siswa --> yang lainnya.  Sedangkan untuk kelas      tradisonal alur kerja daripada guru dapat diprediksi, seperti guru memberikan tugas, siswa mengumpulkan tugas, dikoreksi dan begitu setersnya sampai akhir tahun pelajaran.  Pada kelas digital, akan ada lebih banyak peluang untuk dapat berkolaborasi dibandingkan kelas tradisional, ada evaluasi dan siswa akan terpacu lebih kritis.
6.  Data.  Dalam keas digital, data sangat penting untuk umpan balik yang tepat dan pembelajaran yang dipersonalisasi siswa.  Data mudah diekstrak dan dievaluasi.  Bagaimana dengan kelas tradisional, dari segi efiesien dan efektivitas?  Anda masih mengingat kondisi tersebut?  Mana yang           dimudahkan dalam pengumpulan data dan evaluasi?
7.  Tujuan dan Audiens.  Pada kelas digital, tujuan pembelajaran sangat signifikan dirasakan oleh siswa, di mana ada transparansi dan kolabarasi yang     baik antara guru, siswa dan orang tua mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran (sinergitas menggunakan LMS atau platform pendidikan           lainnya).