Mohon tunggu...
Rusti Lisnawati
Rusti Lisnawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia yang senang dengan sesuatu yang berbau fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Er

31 Mei 2024   22:24 Diperbarui: 31 Mei 2024   23:15 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pertama-tama saya pecahkan beberapa telur. Isi telur saya masukkan ke literan. Kulitnya sudah barang pasti ke tong sampah. Lalu setelah dirasa cukup, saya perhatikan tinggi isi telur yang sudah dipecahkan. Apakah sudah sampai batas garis setengah liter. Dan ternyata sudah sampai. Biar lebih mudah dibawa oleh pembeli, saya sengaja memasukkan telur-telur yang dipecahkan itu ke kantung plastik hitam. Lalu diberi tambahan plastik. Jaga-jaga takut plastik pertama bocor di tengah jalan. Dan jadilah setengah liter telur.

"Kenapa dia mau ya beli setengah liter telur. Ah Kong tebak dia pasti lupa pas di tengah jalan."

Saya duduk di kursi kebanggaan Ah Kong. Mengambil beberapa cokelat koin yang dibungkus emas. Saya kupas satu persatu lalu memakannya satu persatu.

"Ah Kong nanya loh," ujar pria tua menyebalkan yang buruknya adalah kakek saya. Tapi tak apalah, walau menyebalkan Ah Kong baik banget. Tua-tua begitu Ah Kong sering ngasih saya uang jajan lebih, cokelat, dan baju baru. Kadang kalau lagi dalam suasana baik, saya dibelikan baju baru oleh Ah Kong.

Yasudah deh saya jawab berdasarkan analisa anak usia delapan tahun ini. "Dia dan keluarganya tidak makan kulit telur. Makanya dia cuma beli apa yang jadi haknya. Yaitu telur."

"Sama saja dong Cu kalau dia lupa. Sama kaya kamu yang disuruh beli sebungkus mie ayam kamu malah beli tiga siung ayam."

Aduh pria tua ini, "Namanya juga anak-anak, Kong. Suka lupa," kata saya sebelum mengangkat pantat dari permukaan kursi kebanggaan Ah Kong.

Itu kejadian lama. Sudah lama sekali. Tapi, kalau saya mampir ke kedai Ah Kong yang sekarang dikelola oleh Bibi, rasanya seperti baru saja terjadi. Saya dan Er sempat berteman baik sampai bangku sekolah menengah pertama. Ketika mau daftar ke sekolah menengah atas, Er dan keluarganya pindah rumah ke Bandung.

Kemarin, ketika seorang teman lama mengajak nongkrong di tempat biasa, saya dikasih informasi terbaru terkait Er. Katanya, seorang laki-laki bukan warga asli negara sini melamar Er. Dengar-dengar, mereka akan menikah dalam waktu yang dekat.

Jauh sebelum mendapat kabar buruk ini, saya berencana pergi ke Bandung; mencari cinta pertama saya. Er!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun