Mohon tunggu...
Rusti Lisnawati
Rusti Lisnawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia yang senang dengan sesuatu yang berbau fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Er

31 Mei 2024   22:24 Diperbarui: 31 Mei 2024   23:15 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tenang, oh tidak, maksudnya sedikit tambahan rasa kesal saya berkata pada Er, "Ini telur setengah litermu."

Er menerima dengan girang. Saya lihat Ah Kong yang pada saat itu juga melihat ke saya. Lewat lirikan matanya saya tahu kalau ayah dari bapak saya ini bertanya bagaimana bisa saya menciptakan setengah liter telur. Lalu bagaimana dengan harga jualnya.

Lewat lirikan mata pula saya jawab, gampang. Tinggal kita kurangi setengah harga dari setengah kilogram telur, Kong. Lalu, seolah punya sambungan telepati yang kuat, Ah Kong mengelus rambut cokelat saya sambil diiringi pujian, kamu cucu Ah Kong yang paling pintar.

Er tidak memeriksa bungkusan plastik yang saya beri. Dia percaya saja yang saya kasih adalah telur. Kemudian dia merogoh saku rok hitamnya dan menodongkan sejumlah uang. "Bayar telur," katanya.

"Oke. Uangmu tiga puluh enam ribu rupiah. Harga setengah kilogram telur delapan belas ribu rupiah. Nah delapan belas dibagi setengah jadi sembilan ribu rupiah. Tiga puluh enam dikurang sembilan sama dengan dua puluh tujuh." Kemudian saya mengembalikan dua puluh tujuh rupiahnya pada Er.

Mata dia membesar dengan mulut membentuk huruf o. Dia terkejut, saya tersenyum bangga. "Itu kembalian dari setengah liter telur yang kamu beli."

"Kata ibu, dari sisa beli telur aku cuma dapat uang jajan sedikit. Kok bisa banyak?"

"Karena telurnya murah. Bilang saja begitu pada ibumu," Ah Kong menimpali dengan menyisipi senyuman paling manisnya. Er dan sebagian pelanggan jadi tahu, kalau gigi Ah Kong ada yang hilang dua.

"Wah, kalau gitu aku bakal suruh ibu buat beli setengah liter telur saja. Lebih murah." Er yang kelewat senang karena percaya hari itu dia bisa dapat banyak uang jajan dari sisa beli telur. Dia langsung melipir begitu saja tanpa bilang terima kasih atau bertanya apakah setengah liter telur itu masih ada besok dan besoknya lagi.

"Namanya juga anak kecil. Kadang suka lupa kadang suka inget terus. Kadang lucu kadang nyebelin, sih. Kaya kamu misalnya," papar Ah Kong ketika saya bertanya kenapa Er dibiarkan pergi begitu saja, padahal bisa saja Ah Kong tahan dan bilang kalau telur setengah liter hanya ada hari ini.

Gara-gara pertanyaan spontan saya, Ah Kong jadi balik bertanya soal bagaimana bisa saya menciptakan setengah liter telur. Saya jawab dengan runtut, sesuai dengan apa yang saya lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun