Terakhir kali Nona berpacaran itu ketika ia duduk di bangku kelas delapan sekolah menengah.
"Tidak. Aku tidak takut, hanya sedikit ragu dan lebih selektif lagi dalam memilih pasangan," jawabnya dengan santai.
Bibir bawah Tuan maju sedikit. Ia memilih untuk percaya dibanding berdebat dengan manusia jenis tidak mau kalah.
"Kau tahu, gara-gara menonton berita itu, aku jadi enggan untuk menjalin hubungan dengan laki-laki lagi. Aku cemas dan aku khawatir kalau apa yang terjadi pada korban akan terjadi padaku."
Kau sebenarnya tidak takut untuk menjalin hubungan lagi dengan laki-laki. Kau hanya takut menjadi korban kekerasan dalam hubungan itu. Duh Nona, seharusnya ketika mengenal cinta kau juga sudah harus mengenal duri cinta.
"Nona?"
"Iya?"
"Boleh aku meralat pertanyaanku barusan?"
Dahi Nona mengerut, tetapi ia mengangguk juga.
"Laki-laki seperti apa yang ingin kau jadikan suami, Nona?"
Dengan malu-malu dan pipi yang merona, Nona menjawab "yang sepertimu, Tuan."