Mohon tunggu...
Rusti Lisnawati
Rusti Lisnawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia yang senang dengan sesuatu yang berbau fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laki-laki Pilihan Nona

30 November 2023   16:05 Diperbarui: 30 November 2023   16:08 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tulisan ini ditulis oleh Tuan yang kemarin sore menjadi pendengar cerita Nona. Kepada Tuan, Nona memuntahkan keresahannya yang didapat dari menonton dan membaca berita kekerasan dalam rumah tangga yang mayoritas korbannya adalah perempuan. Nona resah mengingat ia adalah manusia yang terlahir dengan jenis kelamin perempuan. Mengapa aku tidak terlahir sebagai laki-laki saja? 

Tuan terkenal sebagai laki-laki yang pandai. Namun, sepandai apa pun Tuan tentu ia tidak bisa menjawab pertanyaan Nona. Jangankan untuk memberikan jawaban, Tuan sendiri pun bingung, mengapa ia diciptakan sebagai laki-laki. Mengapa tidak dilahirkan sebagai perempuan saja agar ia tahu bagaimana rasanya mengandung dan melahirkan manusia. 

Ah, sudahlah. Tuan tidak mau menceritakan kebingungan retorik Nona di sini, ia hanya ingin menceritakan ulang apa-apa yang kemarin disampaikan Nona kepada Tuan perihal laki-laki yang rerata menjadi pelaku dalam tindak kriminal yang terjadi pada hubungan asmara.

Omong-omong ini dimulai ketika Tuan bertanya kapan Nona akan menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Nah, dengan gayanya yang anggun dan sembari menyilangkan kaki, Nona menjawab "Aku sebenarnya ingin menikah setelah musim semi tahun ini berakhir, tetapi aku tidak tahu harus menikah dengan laki-laki yang seperti apa?"

"Mengapa harus bingung? Menikahlah dengan laki-laki yang kaucintai, Nona."

Namun Nona malah  tertawa. Dia bertanya-tanya, laki-laki yang duduk di hadapannya ini sungguhan pandai atau tidak? Mudah sekali dia mengatakan menikah dengan orang yang dicintai.Apakah bagi orang pandai cinta saja sudah cukup? Apakah Tuan tidak mengetahui kalau cinta saja tidak cukup untuk menjadi dasar pernikahan? Oh ayolah, menikah tidak sama dengan pacaran yang kalau sudah bosan dengan pasangan boleh bebas memilih pasangan lagi.

Menikah tidak semudah yang kau kira, Tuan!

Tuan yang terhormat, kau tahu belakangan ini aku jadi lebih banyak membaca dan menonton berita kekerasan yang terjadi pada pasangan suami istri. Mayoritas korbannya adalah perempuan. Tidak sedikit nyawa korban yang melayang di tangan pasangannya sendiri. Laki-laki yang dikira akan menjadi pelindung dan tempat berlindung justru ia menjadi sumber malapetaka.

Nah, kalau yang sudah menjadi suami saja bisa melakukan hal keji itu, lantas bagaimana dengan laki-laki yang masih berstatus sebagai kekasih?

"Jangan bilang karena ini kau jadi takut untuk memulai hubungan asmara dengan laki-laki?" Tuan bertanya dengan nada penuh selidik.

Nona tidak langsung menjawab. Ia mencoba mengingat terakhir kali dirinya menjalin hubungan dengan lawan jenisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun