Jika kalian suka travelling, sudah menjadi sesuatu yang wajib untuk membaca novel atau menonton film berjudul "Trinity, The Nekad Traveller" (2017). Film yang diperankan oleh Maudy Ayunda ini menceritakan tentang kisah nekat seorang perempuan bernama Trinity untuk berkeliling dunia. Maka dari itu, film ini tergolong ke dalam the road genre.
Film "Trinity, The Nekad Traveller" menceritakan tentang perjalanan Trinity untuk memenuhi apa yang sudah ditulisnya dalam sebuah bucket list. Bahkan, bucket list itu menjadi target yang akan dilakukan Trinity sebelum memutuskan untuk menikah. Sekalipun ia bekerja di sebuah perusahaan, tapi itu tidak menyurutkan tekadnya untuk tetap merealisasikan keinginannya.
Ada beberapa perjalanan yang Trinity lakukan sendiri, atau lebih dikenal dengan istilah solo travelling. Tapi, pada saat perjalanan ke Filipina, Trinity ditemani oleh Yasmin, Nina, dan Ezra (sepupu Trinity). Ketika Trinity melakukan solo travelling, ia lebih bisa leluasa dan menikmati perjalanan, bahkan bertemu dengan orang-orang baru.
Cerita akan menjadi berbeda ketika Trinity melakukan perjalanan dengan teman-temannya. Ia yang menargetkan bahwa bucket list-nya harus terisi, harus beradu pendapat dengan Yasmin yang menginginkan agar mereka bisa menghemat budget. Ini yang menjadi problematika ketika akan travelling bersama teman-teman. Apa yang menjadi keinginan kita, belum tentu menjadi keinginan teman kita. Maka dari itu, mulai banyak orang yang lebih memilih solo travelling.
Mengubah Strangers Menjadi Teman Perjalanan
Hal nekat yang dilakukan oleh Trinity saat solo travelling adalah berinteraksi dengan orang-orang di sekitar. Tak jarang, Trinity juga mengajak seseorang yang belum pernah ia kenal sebelumnya untuk ikut melakukan perjalanan bersamanya.
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh para solo traveller ketika akan melakukan travelling ke luar daerah. Dua diantaranya adalah jangan malu dan jangan takut terhadap orang yang akan datang. Hal itu sudah berhasil dilakukan oleh Trinity. Sambil menikmati apa yang ada di sekitarnya, Trinity juga tidak malu untuk berinteraksi dengan orang-orang. Inilah yang membuatnya merasa tidak sendirian.
Contohnya adalah pada saat Trinity pergi ke Festival Layang-Layang di Lampung. Ia bertemu dengan seorang lelaki bernama Aldo. Dari pertemuan mereka di Festival Layang-Layang, berlanjut pada perjalanan mereka ke Krakatau. Selain itu, saat Trinity pergi ke Way Kambas, ia bertemu dengan seorang lelaki bernama Paul. Dan mereka akhirnya dipertemukan kembali dalam perjalanan di Maldives.
Trinity seolah-olah tidak takut jika ternyata orang asing yang ia temui memiliki niatan yang jahat. Alih-alih berusaha menjadi perempuan yang misterius, Trinity justru memunculkan kesan friendly kepada Aldo dan Paul. Bahkan Trinity sempat ingin bertukar nomor handphone bersama Paul. Namun sayang, Paul menolak ajakan Trinity.
Sejauh Apapun Kita Pergi, Indonesia adalah Rumah
Dalam film "Trinity, The Nekad Traveller", poin yang ingin disampaikan Trinity adalah bahwa sejauh apapun ia pergi, ia tetap mencintai negara asalnya, Indonesia. Perjalanan yang terangkum dalam film tersebut yaitu mengunjungi tempat-tempat yang ada di Indonesia seperti Lampung dan Makassar. Kebanyakan tempat yang dikunjungi Trinity adalah bernuansa alam.
Trinity ingin memperkenalkan betapa indahnya Indonesia lewat tulisan di blog-nya dan bucket list yang sengaja ia susun sebagai target. Ketika ia berkunjung ke Krakatau, ia mendapatkan informasi tentang betapa hebatnya letusan Gunung Krakatau. Dalam film juga ditampilkan salah satu makanan khas Lampung.
Ketika Trinity berkunjung ke Way Kambas, ia mendapatkan informasi bahwa populasi gajah di Sumatera mengalami penurunan akibat maraknya perburuan. Diresmikannya Taman Nasional Way Kambas sebagai tempat konservasi gajah dan beberapa satwa lain seperti tapir, harimau Sumatera, badak Sumatera, dan beruang madu. Selain itu, ada pula beberapa flora lain yang turut mendukung terciptanya ekosistem di Way Kambas.
Keindahan alam Indonesia pun ditampilkan oleh kameramen dan videografer di balik layar "Trinity, The Nekad Traveller". Kebanyakan diantaranya dengan posisi Trinity yang tidak menaiki kendaraan apapun (jalan kaki). Ini menunjukkan bahwa tempat-tempat wisata yang ia kunjungi memiliki medan yang tidak mendukung untuk dijamah oleh kendaraan tertentu. Ditambah lagi, kameramen ingin menunjukkan sisi Trinity sebagai seorang "traveller" yang menyukai petualangan.
Trinity dan Kritik
Dalam film "Trinity, The Nekad Traveller", ada beberapa kritik yang sebenarnya ingin disampaikan. Kritik itu memang tidak dijelaskan secara tersurat, melainkan secara tersirat. Hal ini dimaksudkan agar penonton bisa merasakan seolah-olah sedang berada di posisi Trinity.
Dilansir dari Indozone.id (2020, 15 Februari), ada beberapa alasan perempuan belum mau menikah. Salah satunya adalah karena perempuan masih ingin mengejar impiannya. Dalam artikel tersebut dituliskan bahwa sebagian besar orang berpikir perempuan akan lebih mudah mengejar impian sebelum menikah. Karena setelah menikah, perempuan akan memikirkan apa yang diinginkan oleh pasangannya.
Hal tersebut menjadi sebuah peringatan bagi kita bahwa beberapa satwa di Indonesia sudah di ambang kepunahan. Sudah seharusnya kita turut andil dalam menjaga mereka agar tidak diburu lagi secara liar. Apalagi gajah memiliki peranan yang sangat penting di ekosistem hutan.
Selain itu, ketika Trinity buru-buru mengejar pesawat di bandara, sopir taksinya pun menunjukkan sikap yang terlalu ramah sehingga membuat Trinity merasa risih dan malas menanggapi. Bahkan Trinity sudah sampai di titik emosi karena ia terpaksa harus ketinggalan pesawat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H