Sebagian dari kita tentu sudah pernah merasakan masa dimana koran menjadi sesuatu yang akan kita dapat di pagi hari. Majalah menjadi barang yang akan kita beli selain buku. Mendengarkan radio menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan. Dan menonton TV menjadi rutinitas setiap hari.
Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan-kegiatan tersebut mulai jarang kita temui. Semakin mudahnya mengakses informasi lewat platform digital membuat semuanya menjadi serba praktis. Maka dari itu, perkembangan media konvensional ke media digital akan berdampak pada beberapa perubahan atau pembaruan.
Misalnya saja terkait proximity (kedekatan) yang sekarang sudah tidak terbatas pada geografis tertentu saja. Proximity bisa berarti profesi dan minat seseorang. Jika kaitannya dengan media digital, informasi dapat diperbarui, ditambahkan, bahkan dihapus. Hal tersebut akan memengaruhi audiens yang ingin membaca informasi. Inilah yang disebut dengan interaktivitas.
Selanjutnya yaitu kredibilitas yang dibangun dan dipertahankan. Media online akan menuntut setiap orang agar bisa mempertahankan kredibilitas mereka. Mengingat bahwa di era digital, siapapun bisa menulis apapun. Banyak pula situs web yang mudah memberi akses siapa saja untuk menulis tanpa terikat aturan tertentu.
Carroll menjelaskan dalam bukunya yang berjudul "Writing for Digital Media", ada dua dimensi utama kredibilitas, diantaranya yaitu kepercayaan dan afiliasi komunitas. Kepercayaan berdasar anggapan tentang media yang menyajikan berita akurat, tidak bias, dan lengkap. Sedangkan afiliasi komunitas berarti upaya organisasi berita dalam menyatukan dan memimpin komunitas yang dilayaninya.
Selain itu, ada pula transparansi yang membuat pembaca mampu menanggapi apa yang disampaikan penulis. Hal itu berkaitan dengan memasukkan atau mempertibangkan adanya informasi baru, serta berbagi sumber asli ke dalam tulisan mereka. Ini berkaitan pula dengan akuntabilitas yang mengharuskan organisasi berita untuk menjelaskan kepada pembaca bagaimana mereka beroperasi dan seperti apa pelayanan mereka terhadap kepentingan publik.
Cara Meningkatkan Kredibilitas
Carroll menjelaskan beberapa cara yang bisa dilakukan oleh pemilik situs atau penulis untuk meningkatkan kredibilitas situs mereka. Bagaimana caranya? Berikut contoh pengaplikasian langsung oleh Asumsi.co, salah satu media online Indonesia.
1. Kemudahan navigasi situs
Inilah yang dinamakan dengan kemudahan navigasi situs. Dimana pembaca langsung bisa menemukan apa yang ingin mereka cari. Contohnya ada di setiap judul kanal di atas seperti politik, current affairs, budaya pop, dan lain-lain.
2. Desain situs yang simple
Desain dari Asumsi.co sendiri terkesan minimalis dan tidak terlalu padat. Hal ini membuat pembaca tidak mudah bosan saat membuka link-nya.
3. Tulisan bagus
Tidak jauh berbeda dengan media-media yang lain. Uniknya, Asumsi.co memiliki gaya kepenulisannya sendiri yang justru tidak membuat pembaca merasa bosan. Hal ini bisa kita dapatkan jika kita subscribe akun Asumsi.co. Nantinya, mereka akan mengirimkan berita dengan tulisan sangat ringan lewat email masing-masing pembaca setiap pukul 05.45.
Di beberapa tulisan Asumsi.co yang dituliskan di web tersebut juga banyak ditemui keunikkan. Itulah yang membedakan media tersebut dengan media-media online yang lain.
4. Informasi kontak yang lengkap
Berada di bagian paling bawah situs. Kontak tersebut akan memudahkan pembaca yang ingin menyampaikan aspirasi atau komentar terhadap Asumsi.co. Setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan yaitu menghubungi nomor telepon, mengirimkan email, dan mengunjungi kantornya.
5. Link/situs web relevan di luar situs tersebut
Situs yang terkait dan relevan selain web Asumsi.co adalah akun media sosial yang mereka gunakan seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.
Namun, tidak semua situs dapat memberikan kredibilitas yang tinggi. Carroll menyebutkan ada dua kategori situs web yang memiliki kredibilitas rendah. Web tersebut diantaranya adalah situs yang bertujuan untuk komersial dan situs yang menampilkan banyak iklan di halamannya.
Aturan Tiga Detik di Internet
Kecenderungan seseorang ketika membaca di internet adalah tidak membaca secara intens. Oleh karena itu, biasanya pembaca hanya akan membaca secara memindai. Lalu, apa hubungannya dengan aturan tiga detik?
Aturan tiga detik berarti setiap pembaca memiliki waktu tiga detik untuk mengunduh dengan benar dan menatap halaman web. Inilah yang membuat para pemilik web harus langsung masuk ke inti informasi. Ditambah lagi pengguna web yang sering mencari informasi dengan jenis-jenis tertentu saja.
Carroll menjelaskan bahwa pembaca hanya ingin membaca apa yang mereka perlukan. Sehingga informasi diharapkan dapat mencakup judul, subjudul, pengantar satu kalimat, paragraf ringkas dan singkat, visual (foto dan grafik), audio atau klip video, cerita terkait, dan tautan terkait.
Lalu, apa saja karakteristik yang harus diperhatikan oleh pembuat web agar dapat meningkatkan kemampuan memindai para pembaca?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H