Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Duka Cita Pemantun Kampung

18 Januari 2024   20:17 Diperbarui: 18 Januari 2024   20:22 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan untuk pertama kali
Ini untuk kedua kali disusupi
Pantun yang mengalun malam
Telah mengisi lembaran hitam

Pantun yang tidak lagi dilantunkan
Pantun membuat kepala mereka tidak tahan
Mereka kebingungan karena tudak biasa
Serelah disesaki ributnya kota

Musik cadas dengan syair yang tidak jelas
Lagu pop dengan syair memelas
Adalah malam mereka
Sampiran pantun telah menampar muka

Anak muda yang tidak terbiasa
Telah meninggalkan adab budaya
Menjadi sosok anti syair leluhur yang sudah tua
Kepalanya kosong yang dipenuhi angka

Sunngailiat, 18 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Kisahku di 100 Buku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun