Mimpi ingin memiliki buku karya sendiri terwujud setelah 8 tahun menulis di Kompasiana.
Ada 26 buku yang saya tulis sendiri dan puluhan buku hasil nulis bareng dengan penulis lain telah lahir merupakan hasil menulis di Kompasina. Buku karya sendiri pertama terbit pada tahun 2019 merupakan kumpulan puisi Mimbar Tua dan kumpulan cerita pendek (cerpen) Suami, Istri dan Ayam Kate.
Tahun 2020 mulai dilanda pandemi Covid 19 saat banyak bekerja dari rumah mengisi hari-hari dengan menulis hingga sekarang tahun 2023 lahir buku kumpulan puisi Bulan di Atas Selat Sunda dan novel Air Mata Inayah 2. Tercatat sudah ada 11 buku lahir selama tahun 2023.
Lahirnya buku-buku itu karena bepikir bagaimana bisa mrngabadikan tuisan yang ada di Kompasiana sudah mencapai 7200 artikel lebih ke dalam buku. Terutama tulisan yang di tulis pada tahun awal di Kompasiana pada tahun 2014. Dengan buku lebih mudah bisa membuka karya yang sudah lama di tulis. Tinggal mengambil di rak buku bila ingin membacanya.
Perpustakaan diisi karya sendiri ternyata sensasinya berbeda. Cover buku yang cantik kembali karya lama bisa di lihat dalam halaman demi halaman. Semangat menulis bertambah tidak hanya melahirkan buku antologi puisi juga buku tentang perpustakaan di antaranya Jejak di Pustakaan Pustakawan Meraih Mimpi (2022) serta Pustakawan dan Radio (2023). Ada juga buku kumpulan pantun yakni Lejuk Pantun (2023).
Sembilan tahun menulis di Kompasiana telah mendorong untuk menulis buku. Dipicu pula ketika saya mulai Mei 2019 bertugas sebagai ASN di perpustakaan umum daerah (perpusda) kabupaten Bangka.
Di perpusda inilah saya bersama pustakawan Fitri merintis membuka kelas menulis.Â
Menurut Fitri selama menjadi pustakawan belum pernah ada kelas menulis di perpusda Bangka padahal menulis merupakan literasi dasar selain membaca buku. Dia meminta saya yang menjadi pemateri.
Ilmu menulis saya tak seberapa membikin saya tidak percaya diri. Tapi desakan Fitri bertubi-tubi agar bisa terwujud adanya kelas menulis pertama di perpusda. Akhirnya saya nekad hanya dengan bermodal menulis di Kompasiana pengalaman inilah saya ceritakan kepada para peserta pelatihan menulis yang diberi nama Menulis di Blog.
Peserta pelatihan menulis merupakan pengelola perpustakaan desa (perpusdes). Harapan saya para peserta bisa membuat akun di Kompasiana dan berbagi pengalaman dalam pembangunan literasi di desa.
Alumni kelas menulis ini ada yang sudah menerbitkan novel yaitu Arozi, pengelola perpusdes Kapuk, kecamatan Bakam, kabupaten Bangka.
Kelas menulis itu berlanjut pada tahun 2021 peserta merupakan pengelola perpusdes dan perpustakaan sekolah  berhasil melahirkan kumpulan kisah inspiratif berjudul Pelangi di Perpustakaan setelah bergabungnya pustakawan Yusnita pindah dari perpustakaan sekolah ke perpusda Bangka. Dialah yang berperan sebagai editor sehingga rampungnya buku tersebut.
Motivasi yang lahir dari Kompasina sehingga menjadi catatan sejarah sebagai kelas menulis pertama dan lahirnya buku pertama yang digagas pustakawan di perpusda Bangka. Walaupun belum masuk program kegiatan di perpusda Bangka otomatis tidak ada anggaran yang tersedia semuanya bisa terwujud karena swadaya pustakawan.
Kelas menulis ini menjadi bagian dari nilai plus sehigga perpusda Bangka pada tahun 2021 terpilih sebagai perpustakaan kabupaten terbaik tingkat nasional.
Kompasina selalu menjadi teman bekerja saya. Termasuk pada tahun 2014 hingga tahun 2018 ketika measih bertugas di Humas Pemkab Bangka sebagai penulis press release kegiatan pemda selalu saya posting di Kompasiana.
Sampai saat ini Kompasina menjadi teman di masa purna bakti, terasa terus menulis itu tidak terasa pensiun.
Selamat telah mencapai 15 tahun Kompasiana, panjang umur teruslah menjadi teman penulis.
Salam literasi dari pulau Bangka.
Rustian Al'Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H