Ketika masih bekerja saya terbiasa membikin pantun karena tuntutan pekerjaan.
Rekan kerja minta dibikinkan pantun untuk teks pidato mulai dari pidato kepala daera, kepala dinas hingga panitia suatu kegiatan.
Pejabat ketika membaca pantun itu tidak tahu bahwa pantun yang dibacanya siapa yang membuat saat berpidato. Namun tidak jarang ada yang mengira pejabat tersebut yang membikin pantunnya sendiri. Karena tidak seperti karya puisi disebutkan penulisnya, karya siapa. Tapi ada juga pejabat yang pandai berpantun jadi tidak perlu dibuatkan.
Membuat pantun untuk pidato merupakan keharusan setiap permulaan maupun akhir dari pidato di daerah kami karena sudah ada peraturan daerah pemerintah provinsi kepulauan Bangka Belitung bahwa pidato dalam acara resmi harus menyertakan pantun. Jadilah pantun selalu disisipkan dalam pidato di negeri Melayu ini.
Saya tidak jogo membikin pantun tapi bila dipaksakan bisa juga menjadi pantun. Sudah selayaknya bila memsng pantun menjadi kewajiban dalam protokoler acara pemerintsh daerah adanya penempatan khusus pegawai pembuat pantun sehingga bisa dihargai secara profesional.
Saya sudah beberapa bulan ini tidak membuat pantun mungkin karena tidak ada lagi pesanan untuk dibikinkan pantun dan mungkin juga karena saya sudah tidak lagi bertugas.
Namun baru saja saya menerima WA dari seorang teman yang dulu pernah satu kantor, dia minta dibikinkan pantun untuk anaknya yang mendapat tugas dari sekolah berupa membuat pantun bertemakan Kartini.
Saya tidak bisa menolak permintaan itu. Sayapun menyanggupi permintaannya mudah-mudahan bisa menjadi amaliah Ramadan. Sedekah pantun ini semoga bisa menyenangkan orang lain.
Ia minta dibikunkan 5 pantun jadilah pantun seperti berikut ini ;
Kartini pahlawan emansipasi wanita
Wanita bangsawan kelahiran Jepara
Selalu hormati ibu kita
Wanita tangguh tiada dua