Predikat "Pejuang literasi" melekat dalam diri pegiat literasi, karena masih ada yang harus terus diperjuangkan.
Mereka yang mengelola perpustakaan akan berhadapan dengan kebijakan yang tidak berpihak dalam pengembangan perpustakaan yang datang dari pemangku kepentingan.
Bila di sekolah yang menentukan soal pendanaan adalah kepala sekolah, perpustakaan desa yang punya kebijakan kepala desa hingga ke tingkat kabupaten keputusan ada pada Bupati dan seterusnya.
Tantangan lainnya yakni pandangan yang berbeda dari pimpinan yang tidak paham dalam pembangunan perpustakaan sehingga tidak jarang terjadi hubungan yang tidak harmonis sehingga pupuslah mimpi pengelola perpustakaan untuk memajukan perpustakaannya.
Pimpinan menganggap tidak penting kehadiran sebuah perpustakaan merupakaan tantangan yang harus diperjuangkan, namun ada pimpinan yang menganggap penting keberadaan perpustakaan merupakan berkah yang didambakan pustakawan.
Utamanya selagi masih ada kebodohan, rendahnya minat baca maka tugas pegiat literasi untuk memperjuangkan dengan memberikan sosialisasi agar masyarakat paham bahwa literasi dasar membaca dan menulis itu sangat penting untuk menjadikan masyarakat cerdas, hingga bisa bekarya untuk kesejahteraannya.
Ketika dialog Ruang Pustaka di RRI Sungailiat suatu acara kerja sama antara PD Ikatan Pustakawan Indonesia kabupaten Bangka dan RRI, pengelola perpustakaan SD Negeri 24 Sungailiatt Heti Rukmana menjelaskan, tujuan literasi di perpustakaan adalah untuk meningkatkan minat baca, bagaimana cara mengajak anak-anak bisa dan mau membaca buku di perpustakaan sebagai upaya menbantu program pemerintah.
"Memperkenalksn perptstakaan sebangai tempat rekreasi anak meberikan ilmu yang bermanfaat itulah yang dilakukan," kata Heti.
Karena itu menata perpustakaan perlu perjuangan diantaranya dengan menyiapkan bahan bacaan bagi pemustaka.
Perpustakaan juga bisa membantu orang tua dalan mengalihkan kecanduan anak dari gawainya kepada buku, sesuai dengan tugas perpustakaan meningkatkan minat baca dan meningkatkan indeks literasi masyarakat  karena itu semangat literasi harus terus digelorakan.
Lain lagi Tri Saptuti, pengelola perpustakasn SD Negeri 25 Sungailiat ini yang menjalankan tugas lebih tidak hanya sekedar menjaga buku dan melayani pemystaka tapi juga mencarikan buku sesuai jenjang di sekolah anak serta membacakan anak buku bagi siswa SD yang belum lancar membaca.
Untuk anak SD kelas 1 lebih suka melihat buku yang banyak gambar sehingga menjadi nenarik sedangkan tulisannya sedikit, karena itu Tri memberikan perhatian penuh kepada pemustaka ciliknya.
Sementrara itu Fitri, pustakawan yang bertugas di perpusda kabupaten Bangka lebih besar tanggung jawab tugas yang diemban mulai dari memberikan pelayanan kepada pemuustaka, pembinaan kepada perpustakaan, juga bercerita kepada pemustaka cilik dan lain- lain.
Baginya istilah "pejuang literasi" yang disematkan kepada pegiat literasi termasuk dirinya bisa menjadi penyemangat dalam menjalankan tugas.
Pejuang literasi teruslah berjuang, walaupun pegiat literasi tidak menyebut dirinya dengan sebutan itu tapi keikhlasan yang ditunjukkan tercetus dari ucapan masyarakat yang peduli bahwa literasi itu penting dalam mencerdaskan anak bangsa.
Salam literasi dari pulau Bangka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H