Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tragedi Sepak Bola

18 Oktober 2022   23:40 Diperbarui: 18 Oktober 2022   23:45 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ratusan orang mati bernasib malang
Setelah pertandingan sepakbola di Malang
Puluhan kendaraan dibakar
Hanya karena tak sabar

Sepakbola tidak lagi menjadi permainan
Tetapi telah menjadi ajang pembantaian
Kehendak telah dipaksa dengan garang
Tidak lagi menerima kekalahan, hanya menang

Ingat kembali ketika kanak- kanak ayah membelikan bola plastik
Mungkin ayah mengharapkan aku menjadi pemain sepakbola tapi aku memilih atletik
Ibunya olahraga yang juga melahirkan sepakbola
Tapi tidak mengajarkan aniaya

Ibunya olahraga mengajarkan perjuangan
Tidak mengajarkan kecurangan apa lagi pembantaian
Ibu telah dibikin menangis
Di tengah duka sepakbola diiringi hujan gerimis

Ingat kembali bola plastik yang dibelikan ayah
Yang kumainkan sendiri di halaman rumah
Ayah tidak tega ikut bermain menjaga gawang
Telah mengajarkan bahwa olahraga itu membikin senang

Sungailiat, 2 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun