Kau datang dini hari tadi dengan semangkuk embun  embun
Setelah kau perah dari dingin pagiÂ
Kau berikan untukku buat sarapan sebagai obat penangkal pikun
Kau sedang mengejekku karena muak melihat aku saban pagi menulis puisi
Otakku yang katamu dipenuhi puisi ngin dibersihkan dengan embun
Kau tak ingin aku terus menulis yang katamu akan membuat mataku rabun
Ingin kau campurkan embung dengan kopi hangatku
Kau tahu tanpa kehangatan aku akan matikutu
Semangkuk embun  yang diberikan  kepaku
Telah kuebus hingga panas kuku
Agar tidsk bisa meracunku
Aku tidak berhenti menulis, agar kau tahu bahwa embun adalah rahim puisiku
Sungailiat, 2 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H