Belum lagi karya tulis ilmiah yang diajukannya juga telah diuji dalam lomba pemilihan pustakawan berprestasi tingkat provinsi ketika ia sebagai peserta dan terpilih sebagai salah satu pemenang walaupun juara harapan dalam 2 tahun bertutur-turut. Iapun telah menulis buku.
Banyak lagi tugas yang sudah dilakukan termasuk berperan ketika perpustakaan kami terpilih sebagai perpustakaan terbaik tingkat nasional.
Hanya gara-gara ulah pustakawan yang arogan, apakah kerja yang optimal itu harus menggagalkan teman pustakawan naik pangkat tahun ini karena tidak mendapat nilai dari Dupak yang diusulkan kepada tim penilai?
Dari kasus ini ada yang dilupakan dari seorang pustakawan yang merupakan pelayan publik betugas tidak hanya melayani publik tapi juga butuh dilayani oleh pelayan pelayan publik yang dalam hal ini pustakawan yang termasuk dalam tim penilai Dupak.
Pelayan pelayan publik dalam lembaga pemerintah ada di urusan kepegawaian dari tingkat kantor, dinas hinggga Badan Kepegawaian.
Pelayan pelayan publik yang tidak melayani dengan baik, apa lagi sampai mempersulit pegawai yang pelayan publik akan berpengaruh secara psikologis dalam memberikan pelayanan kepada publik.
Pengaruh negatif kepada pelayan publik diantaranya menurunnya semangat kerja hingga tidak ramah karena wajah murung akibat perlakuan tidak menyenangkan itu, maka wajar ada keluhan publik bahwa pelayanan publiknya kurang senyum.
Sempat terungkap dari teman pustakawan yang kecewa ini setelah pengalaman buruk yang dialami dalam mengajukan Dupak yakni ia telah hilang semangat untuk menjalankan tugas.
Sebagai rekan kerja hanya bisa memberikan dorongan semangat dan mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Peristiwa yang dialami teman pustakawan ini menjadi preseden buruk dalam pembangunan literasi di daerah ini bisa menjadi ancaman bagi pustakawan lainnya.
Pustakawan itu mengedukasi, melayani tidak hanya publik namun juga sesama pustakawan, cerdas dalam berliterasi tanpa arogansi.