Pustakawan yang mengelola perpustakaan masih yakin perpustakaan Sekolah Dasar (SD) menjadi tempat pemustaka bisa meningkatkan minat baca.
Gawai bukanlah penyebab siswa SD tidak berminat ke perpustakaan dan sebagai penyebab rendahnya minat baca.
Wakil ketua Asosiasi Tenaga Perpustakaan (ATPUSI) kabupaten Bangka Heti Rukmana nengatakan, tidak ada masalah dengan gawai yang penting orang tua bisa mengarahkan anak memanfaat telepon pintar.
Heti tidak setuju ada pendapat yang menyebutkan bahwa gejet sebagai biang penyebab anak tidak berminat membaca.
Karena itu perpustakaan sekolah bisa menyediakan buku digital yang bisa diakses siswa di gadget dengan buku-buku yang disukai anak.
Selain itu peran orang tua agar dapat mengarahkan anak dalam penggunaan dan memanfaatkan gadget sebagai sarana berselancar di dunia maya dengan aman.
Sedangkan di sekolah guru dan pustakawan yang mengarahkan ketika siswa membaca buku di perpusrakaan.
Pengurus Daeeah Ikatan Pustakawan Indonesia (PD IPI) kabupaten Bangka ini juga berpendapat bahwa perpustakaan Sekolah Dasar bisa mrnjadi tempat bermain anak sehingga bisa gembira membaca dan tidak menerapkan aturan yang kaku ketika pemustaka yabg berusia anak ini bisa merasa betah dan menyenangkan.
"Tidak mesti diharuskan hening berdiam diri tapi juga anak bisa sambil bernain ketika meniknati fasilitas di perpustakaan," ungkap Heti.
Heti mengungkapkan hal itu ketika sebagai narasunber dalam dialog interaktif Ruang Pustaka Radio Republik Indonesia (RRI) Programa 1 Sungailiat.
Heti Rukmana bersama narasumber lainnya Hasmania, pengelola perpustakaan SD Negeri 9 Pemali dan  Medya Riyana, pengelola perpustakaan SD Negeri 18 Sungailiat berbincang tentang, upaya menarik minat pemustaka mengunjungi perpustakaan SD.