Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyebar Hoaks, Lapor Polisi atau Dimaafkan?

11 Desember 2021   21:52 Diperbarui: 11 Desember 2021   22:03 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dokpri) 

Rambut sama hitam tapi tidak ada yang mengetahui isi hati seseorang.

Mengetahui karakter seseorang setelah lama berinteraksi, karena itu untuk selalu menjaga hubungan baik dalam berkonunikasi. 

Sikap yang terpuji hingga menyebar benci, sikap buruk dan baik ini akan dapat terlihat terutama terhadap seseorang yang sering bertemu seperti diantaranya rekan kerja. . 

Sikap yang baik yang didapat dari lingkungan kita merupakan anugrah tapi sikap tidak baik yang diterima merupakan bencana. 

Introspeksi diri, mengapa perlakuan yang tidak baik diterima? Sudah berbuat maksimal dalam melaksanakan pekerjaan, misalnya dalam lingkungan pekerjaan masih tetap mendapatkan penilaian buruk itu pasti ada yang tidak beres dari si pelaku. 

Seperti halnya dengan kutipan pesan yang panjang dan diringkas berikut ini. 

"Mikirin lelah. Nulis sih pintar. Tapi lebih bagus introspeksi diri dulu. Apa yang kurang. Sosial kita keluar bikin perasaan orang sakit tidak. Sekian," potongan kalimat yang dikutip dari WA Grup. 

Pesan yang saya kutip dari sebuah WAG di atas merupakan cuitan salah seorang yang ada di WA Grup juga saya bergabung. 

Pesan yang disampaikan cukup panjang yang menunjukkan kebencian yang dituju kepada beberapa orang termasuk saya. 

Saya heran mengapa orang ini begitu benci. Sepertinya ia sedang mengoreksi yang dinilainya tidak benar dengan kaca mata benci (yang tampak) yamg lainnya bisa saja iri, ingin menjatuhkan dan niat lainnya. 

Setelah saya simak dan mencari informasi karena terkait dengan puisi yang saya tulis. Ada keanehan dari orang ini, sehingga timbul pertanyaan dalam diri saya orang ini tidak suka dengan puisi ataukah tidak suka dengan saya secara pribadi. 

Terkait dengan puisi-puisi saya, hanyalah puisi biasa yang ditulis apa adanya. Saya rasa tidak ada yang menimbulkan kebencian, tapi orang ini telah menjadikan puisi saya sebagai kabar hoaks yang diintepretasi berbeda yakni pesan puisi dinilainya telah mengejek orang-orang didekatnya. 

Bermula dari teman yang membagi puisi saya di Kompasiana distory WA nya. Kehebohan mulai mencuat bahwa puisi yang dibagikan itu isinya telah menyindir, mengejek, menghina dan lain-lain telah berhasil dijadikan sebagai alat propaganda. 

Beberapa orang yang terpengaruh menjadi percaya dan ikut membenci saya. Penyebar hoaks yang nyata di mata saya. 

Saya tidak mau merespon berlebihan.  Tetap sabar karena akan membikin keributan yang akan membuat buruk diri saya. 

Ada pilihan, Lapor polisi saja karena sudah cukup bukti ada banyak saksi serta bukti pesan WA. Saran seorang teman itu ada baiknya, untuk membuat efek jera. 

Tidak sekedar jera tapi juga dapat mengedukasi pelaku bahwa negara ini negara hukum, sehingga yang bersangkutan bisa menyadarinya. 

Lapor Polisi 

Lapor polisi, bagi saya adalah pilihan terakhir. Pilihan lainnya adalah memaafkan, tapi pelaku penyebar hoaks tidak menyadari dirinya telah berbuat salah. 

Bagi saya sudah berhenti menyebar hoaks saja berarti sudah sadar, tidak meminta maaf sudah saya maafkan. 

Penyebar hoaks nyata, biasanya mendapatkan hoaks di dunia maya. Ini saya menemukan langsung, ternyata pelakunya sangat jahat karena itu layak disebut penjahat. 

Penyebar hoaks cenderung memecah belah dengan hasutannya melalui kabar bohong. Kali ini melalui puisi yang diintepretasi sesukanya sendiri. Padahal orang ini tidak menyukai puisi, telah pura-pura dan sok tau bisa memaknai makna yang tersirat dan tersurat dalam puisi. 

Semoga yang termakan hoaks lekas sadar mereka sedang dihasut. Orang yang paham tidak akan terpengaruh karena itu mereka harus diberikan pemahaman tentang puisi sebagai karya seni. 

Orang-orang dilingkungan bisa lebih cerdas akan bisa menangkal hoaks. Hoaks tidak hanya ada di dunia maya juga di dunia nyata. Termasuk dalam menyaring informasi apapun untuk tidak ditelan mentah-mentah. 

Salam hangat dari pulau Bangka. 

Rustian Al'Ansori. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun