Sudah beberapa hari usai 1 Syawal 1442 H namun masih ada salan tempel.
Kondisi pandemi ini menbuat tamu terutama yang masih memiliki hubungan  keluarga baru bisa datang bersilaturahmi ada pada hari ke 5 kebaran. Mereka baru datang karena menghindari banyaknya tamu yang datang ke rumah kami untuk menghindari kerumunan.
Di hari ke 5 lebaran masih ada salam tempel, ketika keponakan saya Fadil diberikan amplop oleh istri.
"Masih dapat ya," Fadil tidak menyangka masih dapat salam tempel walaupun 1 Syawal sudah lewat beberapa hari.
Fadil terlihat gembira menerima amplop sebagai hadiah lebaran dari bibinya.
Lain lagi dua keponakan saya yang lain yakni Mia dan Riri yang bertamu di hari ke 4 lebaran. Selain menerima amplop juga diberikan hadiah buku masing-mading 1 buah buku bacaan.
Mereka berdua tidak menyangka dapat tambahan salam tempel berupa buku. Melihat antusiasnya keponakan menerima hadiah buku ketika lebaran, bisa menjadi ide bagus untuk memberikan buku pada lebaran berikutnya. Sekalian menggugah anak-anak gemar membaca.
Selain itu semoga bisa menumbuhkan kembanggaan dan keinginan menulis karena buku yang diterima merupakan karya pamannya sendiri.Â
Setiap Idulfitri Istri menyiapkan sejumlah amplop berisikan uang untuk tamu-tamu khususnya anak-anak baik masih ada hubungan keluarga maupun tidak ada hubungan keluarga yakni tetangga dan warga lainnya yang menyempatkan diri ke rumah kami saat lebaran.
Memberikan hadiah saat Lebaran Idul Fitri telah menjadi tradisi dalam keluarga kami yakni bermula dari Atok (panggilan untuk kakek) memberikan sejumlah uang kepada cucunya ketika lebaran.
Momen ini selalu kami tunggu sebagai cucu-cucunya. Saya selalu meminta ayah setelah salat Idul Fitri untuk segera ke rumah Atok yang masih satu kota di Sungailiat, kabupaten Bangka.
Atok merupakan Pegawai Negeri Sipil di Depatemen Agama, waktu itu. Selain sebagai guru agama Islam di sebuah madrasah tertua di kota kami.
Setiba di rumah Atok kita langsung salaman saling memaafkan kepada siapa saja yang ditemui. Tidak ada prosesi khusus, siapa yang duluan tiba  maka ia yang duluan salaman dengan atok dan nenek.
Pas mencium tangan Atok, ia akan bertanya, "habis puasanya," kita harus jujur menjawab.
Siapa yang tuntas puasanya akan menerima lebih banyak jumlah salam tempelnya.
Inilah catatan yang tersisa dari kenangan yang indah dan tidak terlupakan dari peristiwa ketika Idulfitri saat menerima salam tempel.
Telah menjadi tradisi dari kakek nenek dulu dan menurun kepada anak cucunya. Ada nilai edukasi di dalamnya yakni mengajarkan silaturahmi, semangat berpuasa, berbagi dan kejujuran.
Perkembangan dari tradisi salam tempel ini bisa juga memberikan hadiah tidak hanya berupa uang namun juga berupa buku.
Salam hangat dari pulau Bangka.
Rustian Al'Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H