Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Angin Membelah Teluk

26 Oktober 2020   21:41 Diperbarui: 29 Oktober 2020   17:44 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin jauh menusuk sela-sela bebatuan
Membelah tebing curam bergema panjang
Memasuki teluk yang dihempas gelombang
Nadanya semakin nyaring ditengah kering
Aroma bangkai semakin menyengat
Tergeletak jasad di teluk tak bernama
Dibawa arus gelombang dari tengah samudra

Angin telah menusuk penciuman
Menemukan wanita tak bernyawa
Sejuta tanya, mengapa ia terdampar disana?

Nyanyian angin membelah teluk
Menjadi lembaran hitam pagi itu
Nyawa jadi tak berharga
Membunuh menjadi biasa
Hari-hari menjadi semakin keras
Langit berawan tanpa tanda.

Sungailiat, Mei 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun