Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Siswa Baru, Berlatih New Normal di Sekolah Ketika Mengukur Seragam Baru

12 Juni 2020   17:54 Diperbarui: 13 Juni 2020   07:12 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa selalu menjaga jarak dan pakai masker (dokpri)

Apa itu new normal di sekolah, ayah? 
Pertanyaan anak bungsuku yang baru lulus dari SLTP. Aku berupaya menjelaskan setahuku tentang new normal, terkait dengan protokol kesehatan. 

"Besok kita ke sekolah barumu, kita akan melihat suasana new normal di sekolah," kataku kepada si Bungsu.

Aku dan si Bungsu pagi hari sudah tiba di sekolah barunya. Sesuai dengan aturan kami mengenakan masker. Tujuan ke sekolah barunya untuk pendaftar ulang sebagai calon siswa baru sekaligus nengukur baju seragam baru.

Sebelum masuk ke dalam sekolah siswa dan orangtua diharuskan mencuci tangan dengan sabun. Pihak sekolah sudah nenyediakan tempat cuci tangan. Untuk langkah berikutnya dilakukan pemeriksaan tempratur tubuh oleh petugas pengamanan sekolah.

Antrian siswa baru yang melakukan pendaftaran ulang (dokpri)
Antrian siswa baru yang melakukan pendaftaran ulang (dokpri)
Pendaftaran ulang calon siswa baru dan pengukuran seragam baru dilakukan di dalam satu ruang kelas. Siswa yang masuk ke dalam ruangan diatur dengan menjaga jarak tempat duduk antara 1 hingga 2 meter. 

Setelah melengkapi administrasi dan mengukur seragam baru dalam waktu tidak lama sekitar 15 menit berada di dalam ruangan kita keluar ruangan berganti dengan pengantri berikutnya.

Selama berada di sekolah, ketika si Bungsu bertemu dengan teman asal satu sekolah ketika masih di SLTP yang sudah lama tidak bertemu mereka kangen-kangenan dan tidak menjaga jarak. 

Ketika berbicara karena mulut tertutup masket ucapannya tidak jelas sehinggu ada teman si Bungsu harus mendekatkan telinga ke wajah temannya agar bisa jelas terdengar. Kembali tidak menjaga jarak.

Selain itu tidak terhindari, para siswa ketika bertemu dengan temannya tidak bisa meninggalkan kebiasaan lama, khusususnya yang perempuan selalu berpegangan tangan. Beberapa kali saya mengingatkan si Bungsu agar menjaga jarak.

Siswa baru mengukur seragam (dokpri)
Siswa baru mengukur seragam (dokpri)
Orangtua dan siswa setelah menyelesaikan urusan administrasi bagi calon siswa baru, segera meninggalkan sekolah. Situasi sekolah tetap tidak banyak dengan siswa dan orangtua. Tidak ada kerumunan sesuai dengan protokol kesehatan yang tetap dijaga.

Tiba di rumah, si Bungsu paham dengan namanya new normal seperti yang ia alami di bakal sekolah barunya. Kadang ia juga masih melanggar protokol kesehatan. Saya bisa memaklumi karena belum terbiasa.

"Kalau jadi masuk sekolah bulan depan berarti siswanya tidak banyak dalam satu kelas, ayah?" Tanya si Bungsu.

Jumlah siswa dalam sekelas di masa normal lama mencapai 30 orang, berarti saat new normal akan berjumlah separuhnya yakni 15 orang. Menjaga jarak di dalam kelas harus dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Siswa selalu menjaga jarak dan pakai masker (dokpri)
Siswa selalu menjaga jarak dan pakai masker (dokpri)
Setelah melihat penerapan new normal di sekolah ketika pendaftar ulang siswa baru dan pengukuran seragam baru, saya merasa tidak akan menjamin para siswa bisa mempertahankan penerapan protokol kesehatan di sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun