Aku bukan para normal, bukan pula pawang hujan
Aku hanyalah penyuka hujan
Yang dinikmati hingga titik akhir, ketika hujan tidak lagi bersuara hanya menyisakan kenangan
Setiap hujan selalu ada pesan
Tapi hujan petang tidak bisa dijadikan tebakan
Karena kelihatan matahari telah dikalahkan
Tidak tampak ketika meninggalkan senja tanpa pamitan
Lain kali saja, ketika ada waktu kita berduaan
Bersama kita membaca hujan
Bisa terbaca ketika hujan bersentuhan tanpa rayuan
Kau akan membaca sendiri
Ketika tersemai benih yang tak dihendaki
Kau petik sendiri, tak ada yang mengakui
Bisa terbaca dari hujan
Kata kehilangan aksara setelah digelapkan godaan
Sungailiat, 11 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H