Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Puisi Nasional, Mengingatkan Kembali Mula Berpuisi hingga di Corong Radio

28 April 2020   23:30 Diperbarui: 28 April 2020   23:45 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Piagam penghargaan yang saya terima dari RRI sebagai pembawa acara sastra dan budaya tahun 2006 (dokpri)

Saya ingat ketika sedang membawa acara yang menelepon ikut nimbrung berinteraksi adalah Gubernur Bangka Belitung waktu itu Eko Maulana Ali, Sekda Bangka Tarmizi Saat yang kemudian menjadi Bupati Bangka, Kepala Dinas Pariwisata Yan Megawandi yang kemudian hari ia menjabat Sekda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Bersama pendengar yang lain mereka membaca puisi ataupun hanya sekedar menyampaikan curahan hati tentang seni. Terasa saya telah membumikan puisi di bumi Bangka Belitung. Tapi sedang asyik-asyiknya membawa acara, pihak RRI menghentikan acara itu. 

Saya tidak kecewa karena saya memahami subyektifitas selalu ada dalam seni. Tapi kadang subyektifitas itu rasanya beda-beda tipis dengan antara suka dan tidak suka.

Kalau tidak baik acara itu mengapa saya diberikan pimpinan RRI penghargaan? Mungkin oknum yang ada di tubuh RRI ada yang tidak suka.

Piagam penghargaan yang saya terima dari RRI sebagai pembawa acara sastra dan budaya tahun 2006 (dokpri)
Piagam penghargaan yang saya terima dari RRI sebagai pembawa acara sastra dan budaya tahun 2006 (dokpri)
Subyektifitas merupakan hal biasa. Saya ingat karya tulis saya untuk memenuhi syarat kelulusan SMA yang ditugaskan guru bahasa Indonesia pada tahun 1984 kemudian tulisan itu dimuat di tabloid Media Guru terbitan Palembang berjudul, "Puisi Mantra bukan Mantra". 

Tulisan itu mengungkapkan bagaimana Sutardji Calazom Bachri ketika menjadi redaktur puisi majalah Horizon mengutamakan dan meloloskan penyair yang sealiran dengannya. Epigonnya. Syah-syah saja subyektif.

Di hari puisi nasional ini mari kita bumikan puisi kita di Bumi Pertiwi yang sedang dilanda pandeni Covid-19 bisa terus berpuisi. Bila masih ada seperti acara yang saya bawakan di radio dulu, semua yang suka puisi bisa membaca puisi dari rumah cukup via telepon bisa menghilangkan rasa bosan dan semangat kembali di tengah pandemi. Apa lagi yang dibaca karya Chairil Anwar.

Hari Puisi Nasional di tengah pandemi, dapat menyemangati seluruh anak negeri. Seperti semangat Chairil Anwar dalam berpuisi. Selamat Hari Puisi Nasional.

Salam hangat dari pulau Bangka.

Rustian Al'Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun