Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Temani Anak Mengganti Puasa Upaya Membangun Spiritual Sejak Dini

20 April 2020   21:48 Diperbarui: 20 April 2020   22:06 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa sudah dekat. Masih adakah sisa utang puasa tahun lalu yang belum dibayar?

Pertanyaan itulah yang selalu disampaikan istri untuk mengingatkan anak-anakku sebelum memasuki bulan Ramadhan tahun ini. Kadang karena disibukkan dengan  berbagai aktifitas sehingga lupa terhadap kewajiban yang sudah digariskan agama.

Lebih baik terlambat dari pada tidak menjalankan kewajiban. Menggantikan puasa yang "bolong" tahun lalu disebabkan banyak hal. Mulai dari datang "tamu" setiap bulan (menstruasi) bagi perempuan, sakit dan  berbagai alasan lainnya.

Kebetulan yang masih ada puasanya yang belum dibayar adalah putri bungsuku. Ia berniat ingin melengkapi puasa tahun lalu yang masih belum tuntas dibayar.

"Lengkapi puasa tahun lalu, sebelum kita puasa tahun ini," jelas istriku.

Bagaimana cara memberi semangat kepada si bungsu? Saya, istri dan kakak si bungsu memutuskan melaksanan puasa sunnah sehingga bisa menemani si bungsu berpuasa. Bisa sahur bersama dan juga berbuka puasa bersama.

Si bungsupun tampak bersemangat untuk melaksanakan puasa pengganti. Ketika melaksanakan puasa sunah menemani Si Bungsu, rasanya sepeti sudah memasuki puasa di bulan Ramadhan.

"Pemanasan menjelang puasa Ramadhan, ayah," ujar Si Sulung.

Gara-gara ingin memberikan semangat kepada Si Bungsu jadilah kami sekeluarga berpuasa. Ini sebagai bentuk dukungan kepada anak dalam membangun spiritual sejak usia dini. Kadang ada saatnya kita memberi kelonggaran agar anak bida lahir kesadaran dari dalam dirinya sendiri untuk menjalan ibadah yang diwajibkan di bulan Ramadhan yakni menjalankan ibadah puasa. Termasuk mengingatkan anak bila belum melaksanakan kewajiban.

Si Bungsu sudah remaja, sudah akilbalik puasa telah menjadi kewajiban baginya. Namun demikian usia anak-anak juga perlu pendekatan dari orang tua, seperti halnya membujuk agar ia dapat melaksanakan ibadah puasa. 

Sebagai orang tua tidak hanya menyuruh anak untuk berpuasa namun memberi contoh telah melaksanakan apa yang diperintahkan kepada anak untuk berpuasa. Anak akan patuh terhadap apa yang diperintahkan orang tua. Puasa yang mempertemukan kita kembali (Insya Allah )  juga akan memperkuat dalam rangka membangun ketahanan keluarga.

Mengajak anak berpuasa, salat berjamaah selama Ramadahan 1441 H ketika kita berada di rumah saja untuk mencegah penularan Covid -19 adalah momentum yang indah. Ramadhan tahun ini kembali kita membangun kebesamaan menjadikan rumah sebagai tempat beribadah paling aman di tengah pandemi.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al'Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun