Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Banyak Kompetensi Akan Menghidupkan Pembinaan di Klub

17 April 2020   23:49 Diperbarui: 22 Juli 2023   12:40 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepakbola di Tanah Air pernah mengalami masa sulit dalam pembinaan akibat terjadi konflik di tubuh PSSI. Tahun 2015 merupakan tahun kisruhnya sepakbola di Tanah Air, buntut tidak diakuinya kepengurusan PSSI oleh pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga. 

Diikuti pula dengan sanksi FIFA terhadap sepakbola Indonesia. Maka berhentilah seluruh kalender kompetisi. Otomatis berhenti pula pembinaan di klub-klub. Seluruh kompetisi di tingkat devisi hingga ISL terhenti, termasuk dampaknya hingga pada pertandingan cabang sepakbola di Pekan Olahraga Wilayah (PORWIL) IX se Sumatera di Bangka Belitung yang hampir tidak dipertandingkan cabang sepakbola.

Lesunya pembinaan di klub-klub serta tidak adanya kompetisi mengakibatkan klub yang ikut dalam kompetisi seperti ISL waktu itu sebagian sudah membatalkan kontrak pemain, terobati setelah adanya kompetisi piala Kemerdekaan dan Piala Presiden. Sedangkan untuk klub-klub yang berkompetisi di devisi utama, devisi I dan seterusnya tidak dapat mengikuti kompetisi. Tidak digelarnya kompetisi maka pembinaan di klub pun terhenti.

Ps. Bangka merupakan salah satu klub di Bangka Belitung yang masuk dalam kompetisi devisi utama waktu itu juga menerima imbas dari perseteruan antara PSSI dan Kemenpora. Tahun 2015, Ps. Bangka tidak dapat mengikuti kompetisi di devisi utama PSSI. 

Tidak adanya kompetisi, mengakibatkan beberapa pemain tergabung dalam klub yang bertanding di tingkat ISL dan tingkat kompetisi lainnya terpaksa ada yang rela bertanding di kompetisi antar kampung ( tarkam ). Belum lagi hilangnya penghasilan para pemain, membuat sejumlah pemain harus mencari penghasilan dari usaha lain mulai dari berdagang hingga pekerjaan serabutan untuk menyambung hidup.

Imbas dari terhentinya kompetisi membuat hilangnya pekerjaan para pemain hingga keseluruh perangkat pertandingan. Membuktikan bahwa sepakbola tidak hanya sekedar pembinaan bagi para pemain, namun sepakbola juga berdampak secara ekonomi. 

Semoga tidak ada lagi kisruh seperti tahun 2015. Kompetisi tetap digelar hingga tingkat daerah merupakan salah satu cara untuk menghidupkan pembinaan di klub, termasuk di Bangka Belitung.

Di setiap desa di Bangka Belitung minimal memiliki satu lapangan sepakbola, menunjukkan sepakbola sudah merakyat. Provinsi kepulauan Bangka Belitung bisa jadi sebagai daerah yang memiliki lapangan sepakbola terbanyak di Tanah Air. Begitu pula kompetisi sepakbola, sekitar tahun 80 an hingga awal 90 an banyak kompetisi sepakbola yang digelar sepanjang tahun di Bangka. 

Sejumlah kompetisi sepakbola yang merupakan kalender di tingkat kabupaten waktu itu hingga di tingkat desa seperti Bupati Cup, Matras Cup, Sinar Baru Cup, Adjung Cup dan lain-lain. 

Ada diantara kompetisi tersebut yang sudah tidak digelar lagi saat ini, namun ada juga yang masih bertahan serta sempat fakum dan dipenghujung tahun 2015 kembali dihidupkan yakni Bupati Cup yang digelar Bupati Bangka waktu itu Tarmizi Saat. Tidak tanggung-tanggung 200 lebih klub turut serta.

Turnamen sepakbola Bupati Cup menunjukkan masih banyak klub sepakbola di Bangka Belitung yang haus pertandingan. Kisruhnya sepakbola nasional dan melemahnya kondisi ekonomi seharusnya tidak melemahkan semangat untuk tetap mengairahkan sepakbola di daerah. Mereka yang peduli dan memiliki dana lebih serta suka sepakbola dapat menghidupkan pembinaan dengan membuat kompetisi sepakbola, dengan berbagai nama kompetisi.

Namun kondisi yang tidak terelakan sehingga pembinaan terhenti adalah seperti saat ini terjadi pandemi Covid-19. Bukan hanya pembinaan juga kompetisipun terhenti untuk mencegah jarak tidak berkumpul dengan banyak orang untuk memtus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Semogah wabsh ini lekas berlalu sehingga kompetisi akan kembali menggairahkan pembinaan.

Adanya kompetisi akan medorong menghidupkan pembinaan sepakbola ditingkat klub, bahkan dapat melahirkan klub-klub sepakbola baru. Selain itu kompetisi juga menjadikan hiburan segar bagi para pencinta sepakbola di daerah.

Usai pandemi nanti, seluruh pencinta sepakbola untuk tetap optimis sepakbola nasional hingga ke tingkat desa kembali menggeliat selai ada kompetisi Bupati Cup juga ada Gubernur Cup, Camat Cup dan turnamen lainnya. Banyaknya kompetisi akan mendorong pesepakbola di daerah mengikuti turnamen sambil terus mengasah kemampuan dalam mengocek Si Kulit Bundar.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al'Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun