Saya mengambil contoh di provinsi Kepulauan Bangka Belitu.g, sebagai provinsi yang terbentuk setelah era reformasi hingga saat ini masih minim muatan lokal dalam mata pelajaran di Sekolah. Apa lagi ketika di masa Orde Baru. Kolom bahasa daerah dalam buku raport tidak pernah terisi nilai. Saya rasakan itu ketika masih SD di tahun 70 an hingga saya selesai pendidikan SD, SMP dan SMA di Sungailiat mata pelajaran bahasa daerah tidak pernah ada. Bahkan sampai saat ini.
Berbeda dengan daerah lain bahasa daerah diajarkan dalam mata pelajaran sekolah. Apa kendala yang terjadi di Bangka Belitung ? Yang pasti buku pelajaran bahasa daerah belum dimiliki. Kabarnya kantor bahasa Bangka Belitung sudah menerbit kamus bahasa daerah Bangka Belitung. Tapi saya belum pernah melihat wujud kamus itu di perpustakaan umum daerah Bangka.
Namun masih bersyukur siswa SD di tahun 70 an di Kabupaten Bangka ada muatan lokal yakni mata pelajar Ilmu Bumi, dengan modul buku pelajaran yakni Ilmu Bumi Pulau Bangka. Siswa waktu itu bisa mengetahui kondisi geografis dan seperti apa pulau Bangka, termasuk potensi yang dimiliki sehingga siswa wawasannya lebih banyak tahu tentang daerahnya sendiri.
Saat ini, siswa lebih banyak mengetahui tentang daerah lain di Indonesia ketimbang daerahnya sendiri. Siswa lebih mengetahui sejarah nasional, ketimbang sejarah di Bangka Belitung. Bida mengetahui pahlawan nasional, sebaiknya juga mengetahui tentang para pejuang yang ada di daerahnya sendiri.
Wajar saja siswa - siwa tidak memahami tentang pejuang kemerdekaan yang pernah melawan penjajah di Bangka Belitung. Paling yang diketahui tentang Depati Amir yang banyak di ekspose di media massa karena upaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadikannya pahlawan nasional telah dikabulkan pemerintah pusat.Â
Sulitnya mencari refrensi buku tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di Bangka Belitung. Sudah saatnya disusun buku pelajaran sejarah di Bangka Belitung, yang dapat diajarkan kepada siswa SD hingga SMA.
Siswa tidak hanya dijejali dengan sejarah perjuangan nasional, tidak salahnya sejarah perjuangan di Bangka Belitung diajarkan. Penanaman rasa cinta Tanah Air dimulai dari daerahnya sendiri melalui salah satu mata pelajaran sejarah.Â
Tidak hanya sejarah, juga pelajaran seni dan budaya diajarkan sebagai kegiatan ekstra kulikuler yang sebagian besar menonjolkan pratek seperti menari, bermusik, menyanyi, lakon dan lain-lain.Â
Materi pembelajaran seni budaya daerah Bangka Belitung dengan refrensi bacaan yang dapat memperkaya khasanah tentang seni budaya daerah. Sebagai muatan lokal pelajaran di sekolah sepertinya masih jauh dari harapan.
Kenyataannya sekarang jangankan anak-anak SD, SMP dan SMA yang tidak mengetahui budaya daerah Bangka Belitung namun juga orang dewasa di Bangka Belitung tidak mengetahui dan tidak mudah untuk mendapatkan refrensi tentang budaya daerah Bangka Belitung. Wajar saja terjadi pertentangan dan berbagai macam persepsi tentang seni budaya daerah dengan berbagai informaasi yang berbeda.Â
Memantapkan seni dan budaya daerah Bangka Belitung masuk dalam mata pelajaran sehingga siswa lebih memahami budaya daerah sendiri lebih dahulu, baru mengenal budaya Nusantara.Â