Lelaki datang dengan secangkir kopi
ketika masih banyak embun belum ada matahari
kali ini berpantun tapi tidak berpuisi
bersama kokok ayam telah mengawali
Pantun pertama
syair berirama
Embun menimbun hijaunya daun
daun dipetik dibikin lalapan
Masih pagi sudah melamun
berhentilah melamun tatap masa depan
Lelaki telah mengalun pantun
syair pertama yang dinyawai embun
bukan lelaki Melayu bila tidak bisa berpantun
telah diwarisi warisan leluhur
kembali kata dipilih bait diatur
Pantun kedua
syair bertanya
Kakek berjalan di tengah embun
Tulangnya ngilu karena kedinginan
Mengapa masih ada yang pura-pura pikun
melupakan saudara kita yang butuh bantuan
Lelaki telah berpatun embun, hingga kopi kedinginan lupa diseruput
ketika matahari mulai naik telah mengeringkan embun di rumput
ia mulai gelisah tidak ada lelaki yang mewarisi pantun disaat kulit wajahnya mulai keriput
Sungailiat, 15 April 2020