Saya sudah tidak mengharap lagi pesanan tralis 6 bulan lalu akan diantar perajin ini. Adalah Purba (45 tahun), warga komplek SD 15 Paritpadang, Sungailiat, kabupaten Bangka.Â
Sabtu sore (28/3) laki-laki yang bernama lengkap Amat Purba, akrab di panggil Purba ini datang mengantar pesanan saya yakni pintu tralis yang dipesan tepatnya tanggal 17 Septembet 2019 lalu. Berarti sudah lebih 6 bulan.
Sebelumnya saya sempat menduga ia telah menipu saya karena sudah begitu lama tralis yang saya pesan tidak juga diselesaikan. Setelah 3 bulan tidak kunjung diselesaikan saya minta kepada Purba via telepon dan pesan WA agar uang panjar yang saya berikan 2 kali dengan total 350 ribu untuk dikembalikan dan pesanan dibatalkan.
Pertama saya diminta membayar uang panjar Rp 250 ribu dengan alasan untuk membeli bahan baku yakni besi. Saya penuhi, dengan pertimbangan usaha kecil yang dijalani perlu dibantu. Keesokan harinya ia datang lagi meminta Rp 150 ribu dengan alasan untuk membeli kunci pintu tralis. Tapi saya bisa memenuhi permintaannya Rp 100 ribu.
Purba sebelumnya berjanji, tralis dapat diselesaikan paling lambat 2 minggu. Setelah 2 minggu ditagih lagi, ia minta diberi waktu 1 minggu lagi. Tetap saja tidak selesai juga, dengan alasan banyak pesanan sehingga kualahan sedangkan pekerjanya tudak masuk kerja.
Sebenarnya saya bisa saja mendatangi rumah dan bengkel milik Purba yang berharak 3 km kebih dari rumah. Saya tidak mau ribut saja, karena khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Jadi saya diamkan saja.
"Maaf pak kondisi begini," sambil menunjukkan masker yang ia kenakan, bahwa kondusi saat ini untuk mengantisipasi tertular virus Covud-19.
Tidak tampak rasa bersalah. Sayapun tidak menanyakan lagi pesanannan yang sudah kebih 6 bulan baru diselesaikan. Saya yang sebelumnya sudah menganggap pesanan ini tidak bakal dibuat Purba, membiarkan ia memasang tralis di pintu rumah. Sebelumnya ia meminta saya menyambungkan kabel panjang ke aliran listrik rumah. Setelah itu ia pun menghidupkan mesin bor dan langsung menasang tralis. Sekitar 1 jam tralispun terpasang.
Ia menikahi istrinya tahun 1996, yang merupakan asal Sungailiat. Setelah 3 tahun menikah, mereka memutuskan kembali ke kampung halaman istrinya. Purba melakoni diri sebagai perajin tralis yang ia dapatkan ketrampil itu dari atahnya.
" Ayah saya dulu sebagai pembuat tralis," kata purba.
Dari usaha tralisnýa ia bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi yang saat ini sedang kuliah di Bandung dan satu orang lainnya disalah satu perguruan tinggi di Sungailiat.
Selesai ia memasang tralus, sayapun langsung membayar kekurangan harga tralis Rp 500 ribu. Purba menulis lunas di nota pembayaran. Hari pun sudah hampir magrib ketika purba meninggakkan rumah.
Inilah potret pengusaha kecil yang tekendala masalah modal. Masih ada niat baik untuk menyelesaikan pesanan pelanggannya. Kepercayaan adalah modal utama agar usaha yang dijalani tetap eksis. Sembelumnya Purba mengungkapkan belum pernah mendapatkan bantuan modal dari pemerintah untuk usaha kecilnya. Ia pun tidak tahu kalau ada bantuan modal untuk pengusaha kecil.
Saya tidak tahu, apakah ada pelanggan yang ia petlakukan sama seperti saya. Kami para pelanggan memiliki tingkat kesabaran yang berbeda. Mudah-mudahan kesabaran saya ini juga sebagai bantuan modal buatnya yakni tidak terintimidasi karena terus ditagih, kapan pesanan dapat diselesaikan. Mari kita bantu pengusaha kecil agar tetap eksis apa lagi dalam kondisi saat ini, di tengah penyebaran virus Covid-19. Semoga kita selalu diberikan kesehatan.
Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al'Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H