Ia menikahi istrinya tahun 1996, yang merupakan asal Sungailiat. Setelah 3 tahun menikah, mereka memutuskan kembali ke kampung halaman istrinya. Purba melakoni diri sebagai perajin tralis yang ia dapatkan ketrampil itu dari atahnya.
" Ayah saya dulu sebagai pembuat tralis," kata purba.
Dari usaha tralisnýa ia bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi yang saat ini sedang kuliah di Bandung dan satu orang lainnya disalah satu perguruan tinggi di Sungailiat.
Selesai ia memasang tralus, sayapun langsung membayar kekurangan harga tralis Rp 500 ribu. Purba menulis lunas di nota pembayaran. Hari pun sudah hampir magrib ketika purba meninggakkan rumah.
Inilah potret pengusaha kecil yang tekendala masalah modal. Masih ada niat baik untuk menyelesaikan pesanan pelanggannya. Kepercayaan adalah modal utama agar usaha yang dijalani tetap eksis. Sembelumnya Purba mengungkapkan belum pernah mendapatkan bantuan modal dari pemerintah untuk usaha kecilnya. Ia pun tidak tahu kalau ada bantuan modal untuk pengusaha kecil.
Saya tidak tahu, apakah ada pelanggan yang ia petlakukan sama seperti saya. Kami para pelanggan memiliki tingkat kesabaran yang berbeda. Mudah-mudahan kesabaran saya ini juga sebagai bantuan modal buatnya yakni tidak terintimidasi karena terus ditagih, kapan pesanan dapat diselesaikan. Mari kita bantu pengusaha kecil agar tetap eksis apa lagi dalam kondisi saat ini, di tengah penyebaran virus Covid-19. Semoga kita selalu diberikan kesehatan.
Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al'Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H