Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Karang, Pasir, dan Cemara Menakar Lara

23 Februari 2020   19:12 Diperbarui: 23 Februari 2020   19:18 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ombak menampar karang, tak terasa. Buih putih mencium pantai menyatu pada pasir yang terhampar hilang tak bertanda. Namun cemara tak sampai digapai. Tubuh letih terasa lunglai. Lara belum juga usai, air mata pun berderai.

Karang yang tegar, tak kan gentar ketika ombak mengabarkan duka. Nelayan berduka ketika laut menenggelamkan rekan mereka. Tangis nelayan membasahi pasir yang tak penah basah karena air mata. Sementara cemara tempat yang teduh menyejukkan panas duka. 

Karang  pasir, dan cemara menakar lara. Menyaksikan kejamnya lautan yang tidak pernah diduga. Selamanya laut akan menjadi misteri. Ombak akan selalu menjadi perantara menentukan hidup atau mati.

Sungailiat, 23 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun