Untuk apa ditelanjangi malam, bukankah malam sudah telanjang. Dengan segala lekuk kepalsuan yang merangsang.
Meskipun sudah ada yang melarang, tapi tidak mampu menahan godaan. Tetap saja ditelanjangi malam, ini pemaksaan.
Malam telah dibikin rusuh. Hingga peluh harus dibasuh. Hiruk-pikuk malam telah dibuat kacau. Walau pun tak menghirau.Â
Inilah malam, yang apa adanya. Tak ada beda. Malam minggu atau tidak, sama saja. Sama-sama telanjang di tengah sinar bulan. Bintang hanyalah pelengkap untuk menutupi kekurangan, biar malam menebarkan keindahan.Â
Sungailiat, 1 Februari 2020Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H