Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Kong Ngian" Sebutan Imlek di Bangka yang Menyatukan Fan Ngin dan Tong Ngin

23 Januari 2020   22:33 Diperbarui: 24 Januari 2020   04:39 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh sebelum era reformasi, pada tahun 70 an, tahun 80 an hingga tahun 90 an masyarakat Tionghoa di daerah saya pulau Bangka bebas merayakan hari raya Imlek. Sejak saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, masa kanak-kanak kami yang bukan Tionghoa tapi dari keluarga muslim sangat akrab menyebut Imlek dengan Kong ngian. Sebutan itu merupakan bahasa sehari-hari warga Tionghoa Bangka, begitu yang saya tahu.

Saya dengan teman-teman Tionghoa, baik di sekolah, tetangga, juga yang tinggal dekat rumah kakek ( saya panggil atok) dikelilingi warga Tionghoa memiliki hubungan yang sangat akrab. Terakhir tahun 2019 lalu nenek saya meninggal dunia, tetangga-tetangganya yang Tionghoa ikut membantu. Keakraban itu masih tetap bertahan hingga sekarang.

Warga Tionghoa di Bangka menyebut masyarakat Melayu dengan sebutan Fan ngin. Sedangkan orang Tionghoa sendiri menyebut diri mereka  dengan sebutan Tong ngin. Ada narasi dari bahasa Tionghoa yang sudah lama diucapkan masyarakat di Bangka yang menggambarkan kerukunan antara warga Tionghoa dan Melayu yakni, "Fan ngin Tong ngin jit jong" ( Tionghoa Melayu sama saja ).

Ucapan itu tahun-tahun setelah reformasi sering diucapkan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Hudarni Rani, yang sekarang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari daerah pemilihan Bangka Belitung.

Kebersamaan kami di Bangka sudah terbangun lama, termasuk ketika era Orde Baru yang banyak larangan terhadap warga Tionghoa diantaranya merayakan tahun baru Imlek. Tapi di Bangka tidak terasa larangan itu. Saya ingat waktu masih sekolah, ketika perayaan Imlek tidak ada waktu libur sehingga siswa yang merayakan Imlek diizinkan tidak masuk sekolah dan guru mempercepat mengakhiri jam belajar. Waktu itu kami manfaatkan untuk bertandang ke rumah-rumah teman kami yang Tionghoa untuk turut merayakan Imlek. Tidak ada yang melarang, termasuk orang tua kami.

Terasa sekali kebersamaan antara Tionghoa dan masyarakat Melayu di Bangka terutama ketika perayaan Imlek, yang akrab ditelinga kami dengan sebutan Kongian. Perayaan Imlek tahun 2020 ini di Bangka kembali ramai. Terlihat penerbangan ke pulau Bangka melalui Bandara Depati Amir Pangkalpinang mulai ramai warga Tionghoa yang mudik berasal dari berbagai kota di Tanah Air dan juga luar negeri berdatangan. Harga tiket pesawat pun melambung tinggi. 

Berbagai kegiatan budaya dan hiburan bernuansa Tionghoa juga digelar di beberapa obyek wisata. Disamping itu berbagai festival yang diselenggarakan masyarakat maupun Pemda setempat. Kemajemukan di Bangka tidak menggoyahkan kerugunan hidup antar umat beragama, bahkan pada perayaan Imlek semakin menampakkan kerukunan itu.

Warga Tionghoa di Bangka selaku menggelar open house di rumah mereka. Tamu yang datang tidak hanya sesama Tionghoa tapi juga warga Melayu dan agama yang berbeda. Saya masih ingat ketika perayaan Imlek sebelumnya, berkunjung ke rumah kenalan warga Tionghoa Agung Setiawan yang juga anggota DPRD kabupaten Bangka  waktu itu dan sekarang sebagai anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Saya melihat sediri rumahnya di Air Kenanga Sungailiat tamunya ketika Imlek sebagian besar orang Melayu yang agamanya Islam. Agung sangat menghargai para tamunya. Ia menghidangkan makanan seperti layaknya lebaran umat Islam di Bangka diantaranya ketupat dengan lauk-pauknya yang semuanya dijamin halal karena ia memesan khusus dari ketring warga Melayu. Hal serupa juga dilakukan beberapa warga Tionghoa untuk perayaan Imlek tahun ini.

Sebelum pemerintah memberlakukan hari libur nasional untuk perayaan tahun baru Imlek, di Bangka sudah lama meliburkan diri walaupun tidak resmi. Tidak hanya di sekolah, di kantor-kantor pemerintah ada keleluasan pegawainya meninggalkan kantor untuk bertamu terutama ke rekan kerja maupun rekanan. Perayaan Imlek hari Sabtu,  25 Januari 2020 kebersamaan itu semoga tetap dipertahankan seperti ucapan yang sangat familier di masyarakat Bangka yakni Fan ngin Tong ngin jit jong. Kita tidak ada beda dan dibeda-bedakan.

Selamat tahun baru Imlek 2571.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian al'ansori.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun