Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pantai Diam

26 Desember 2019   14:59 Diperbarui: 26 Desember 2019   15:17 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batu diam
Pasir diam
Pohon diam
Buih putih diam
Air laut diam
Kepiting diam
Penyu diam
Ikan diam

Buaya telah memasuki pantai
Setelah anak buaya dibantai
Telur buaya dibantai
Induk buaya pun dibantai
Pantai dibasahi darah buaya yang dibantai

Nelayan tidak diam
Nelayan mulai geram
Ketika laut di rusak
Ketika sarang buaya dirusak
Ulah penambang yang kehilangan otak
Nelayan berteriak
Penambang tertawa terbahak-bahak

Pantai diam
Pantai menulis dendam
Pasirnya mulai menghitam
Jaring tangkapan tak lagi disulam
Waktu nelayan tersita percuma
Dipenuhi teriakan yang menggema
Kembalikan laut kami
Ikan sudah banyak yang mati
Terumbu karang telah mati
Bila tidak, kami juga mati

Sungailiat, 26 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun