Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Malam Lelaki Tua

2 November 2019   23:01 Diperbarui: 2 November 2019   23:13 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam semakin keras, ketika angin laut menerpa kencang mengenai wajah keriput yang bertambah kaku. Malam tanpa embun, telah kehilangan nyanyian merdu. Telah disembunyikan batu-batu. Tulang pipi mulai ngilu. 

Malam lelaki tua bersama bulan bukan purnama di tepi pantai yang mendinginkan tubuh tuanya membuat semakin lunglai. Sedikit sinar bulan ditambah bintang-bintang yang tidak benderang, terlihat nyiur masih melambai. Pantai semakin landai. 

Lelaki tua ketika malam menguasai pantai. Tidak menyadari mata-mata mengintai. Tidak menyadari diri dua tangannya terantai, baru saja terlepas dari pembantai. Setelah tertangkap, bersama perempuan muda yang sama-sama lunglai. Mereka telah lalai. 

Sungailiat, 2 November 2019 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun