Kami berhenti di rumah tua itu, tampak sepi. Tidak ada yang menyambut kami. Hanya terdengar suara musik dari bagian belakang rumah. Rumah ini sudah selayaknya menjadi cagar budaya.
Peradaban warga Tionghoa secara tidak langsung tertular kepada warga Melayu yang juga bertempat tinggal di pulau Bangka seperti berbagai kuliner yang dibawa warga Tionghoa dari daratan Cina dapat terlihat hingga sekarang. Kuliner itu seperti Calo, Keplang, Getas dan lain-lain.Â
Peninggalan sejarah warga dari daratan Tiongkok ini, dapat menjadi daya tarik wisata terutama bagi wisatawan asal Tiongkok. Entah sampai kapan bisa bertahan? Rasanya tidak lama bertahan setelah melihat kondisi  rumah tua itu tidak terurus. Saya sepertinya merasa tidak berada di desa wisata.
Tidak ada warga setempat yang memandu kami. Beberapa saat berada di teras rumah tua, saya melihat lelaki tua dari bagian belakang rumah. Lelaki berusia sekitar 60 tahun itu melihat kami dari kejauhan, kemudian masuk kembali ke dalam rumah.
"Aneh, " bisik saya lagi.
Kami ingin masuk lebih jauh ke Kampung Gedong. Tapi ada keraguan karena tidak ada keramahan dari warganya yang melihat kedatangan kami. Saya putuskan cukup berada di rumah tua itu saja, biar aman.
Mereka sudah hidup turun-temurun di Bangka. Daerah ini menjadi tempat yang aman karena warganya dalam keberagaman dapat hidup rukun hingga saat ini.
Warga Kampung Gedong tampaknya hidup damai. Tampak sepi, tidak terlihat warga yang lalu lalang. Semoga mereka masih menyadari kampung mereka merupakan desa wisata.